Selasa 17 Aug 2021 08:32 WIB

Laskar Hizbullah dalam Catatan Sejarah Kemerdekaan

Laskar Hizbullah merupakan laskar rakyat pada perjuangan kemerdekaan.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Laskar Hizbullah dalam Catatan Sejarah Kemerdekaan. Foto: Pelajar melihat replika pejuang kemerdekaan ketika perang melawan penjajah di Museum Satria Mandala, Jakarta, Kamis (10/11).
Foto: Republika/Prayogi
Laskar Hizbullah dalam Catatan Sejarah Kemerdekaan. Foto: Pelajar melihat replika pejuang kemerdekaan ketika perang melawan penjajah di Museum Satria Mandala, Jakarta, Kamis (10/11).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Laskar Hizbullah merupakan laskar rakyat pada masa perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka terdiri dari para kyai, pemuda Islam dan para santri di seluruh pelosok negeri. 

Laskar Hizbullah ini merupakan saksi sejarah di mana pesantren dan para santrinya memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka tidak hanya melulu belajar kitab-kitab kuning tetapi juga sangat mencintai Indonesia.

Baca Juga

Sayangnya pada masa penjajahan Belanda, keberadaan mereka masih terpinggirkan bahkan cenderung belum diakui. Lalu Jepang melihat keberadaan mereka, melihat posisi strategis mereka, dan mulai memberikan janji-janji manis kemerdekaan itu.

Jepang yang saat itu tengah terdesak, mulai melatih para santri untuk mengikuti latihan militer. Jepang juga memberikan pelatihan teknik militer gerilya. Laskar Hizbullah ini, saat itu disebut pasukan PETA (Pembela Tanah Air).

Seiring berjalannya waktu, desakan mulai datang dari para tokoh-tokoh muslim untuk  menagih janji-janji Jepang memerdekakan Indonesia. Laskar Hizbullah pun berubah haluan dan tidak lagi bekerja untuk Jepang melainkan untuk kemerdekaan Tanah Air, Republik Indonesia. 

Latihan pertama mereka dilakukan di Cibarusah, Bekasi dengan 500 pemuda muslim. Latihan selesai pada Mei 1945 dan seluruh anggota diminta pulang ke daerah asal dan mendapatkan tugas untuk merekrut lebih banyak lagi anggota laskar Hizbullah.

Tidak butuh waktu lama, Laskar Hizbullah berkembang sangat pesat. Dengan diketuai oleh KH. Zainul Arifin, dalam waktu singkat, laskar Hizbullah menjadi kekuatan baru umat Islam dan bangsa Indonesia. Misi mereka adalah mengusir penjajah dan memerdekakan Tanah Air.

Dikutip dari Republika edisi 19 Agustus 2016, salah satu perang yang cukup monumental dalam sejarah Indonesia dan Laskar Hizbullah adalah ketika meletusnya Pertempuran Ambarawa. Pada 21 November 1945, sekutu yang tengah terdesak akibat serangan pasukan yang dipimpin Jenderal Sudirman, bergerak menuju Semarang.

Pasukan sekutu pun membuat onar di Ambarawa dan akhirnya memantik peperangan besar di sana. Tak pelak, hal itu memancing lahirnya solidaritas dari berbagai tempat, termasuk dari Yogyakarta, yang juga telah membentuk Laskar Hizbullah.

Bersama dengan pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Laskar Hizbullah, bersama laskar-laskar lainnya, bergerak serentak menuju Ambarawa dan mengepung kota tersebut. Hizbullah Yogyakarta mengirim Batalyon Bachron Edrees, yang ditempatkan di bagian barat Ambarawa, tepatnya di Desa Jambu dan Banyubiru.

Sedangkan di sisi selatan Ambarawa, terdapat pasukan dari Surakarta dan Salatiga. Di sisi utara, telah siap pasukan dari Kedu dan Ambarawa sendiri. Kemudian dari timur, telah mengepung juga pasukan dari Divisi IV Badan Keamanan Rakyat Salatiga.

Dalam pertempuran tersebut, pasukan Indonesia memang berhasil mendesak sekutu menuju Semarang. Namun, hal itu memang harus dibayar dengan jatuhnya korban jiwa, termasuk dari Laskar Hizbullah.

Ketika sekutu mundur dan dikepung kembali di Semarang, tepatnya di daerah Mranggen, Laskar Hizbullah segera bergerak. Dalam pengepungan di Semarang, dikirim pasukan Hizbullah Batalyon Basuni, yang masih berasal dari Yogyakarta.

Dalam pertempuran di Semarang, sekitar 17 anggota Laskar Hizbullah gugur. Termasuk komandan laskar, yaitu Khudhori, yang menjenguk ajal setelah ditembak dan ditusuk bayonet.

Laskar Hizbullah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa silam. Kendati demikian, peran dan sumbangsihnya masih luput dalam pembahasan sejarah.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement