REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Perusahaan terbesar ketiga di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, Saudi Aramco, membantah laporan yang menyebut mereka akan memulai operasi penambangan Bitcoin menggunakan energi suar gas. Perusahaan menegaskan laporan tersebut tidak akurat.
"Dengan mengacu pada laporan terbaru yang mengeklaim perusahaan akan memulai aktivitas penambangan Bitcoin, Aramco menegaskan klaim ini sepenuhnya salah dan tidak akurat," demikian pernyataan Aramco, dilansir di Bein Crypto, Senin (2/8).
Meski demikian, energi suar gas sedang digunakan di AS untuk penambangan Bitcoin sehingga tepat bagi produsen minyak besar mana pun yang ingin memperoleh keuntungan. Industri pengeboran minyak sering menghasilkan penemuan gas alam di sumur dan banyak perusahaan kekurangan infrastruktur untuk menjual gas dan membakarnya dalam proses yang disebut flaring.
Gas suar ini dapat digunakan untuk menghasilkan listrik untuk pertambangan, memberikan keamanan ekstra untuk jaringan Bitcoin sambil menghasilkan kredit karbon untuk perusahaan. Operasi penambangan Bitcoin hanya dapat dilakukan karena kedekatannya dengan ekstraksi gas karena dapat dengan mudah dipasang di lokasi.
Media lokal sebelumnya menyampaikan laporan Saudi Aramco akan memulai operasi penambangan menyusul sejumlah laporan berita yang mengklaim hal tersebut. Menurut beberapa laporan tersebut, pengusaha Brasil Ray Nasser mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan Saudi Aramco mengenai penambangan Bitcoin.