Rabu 28 Jul 2021 17:49 WIB

Menengok Kurikulum TK ABA ‘Aisyiyah di Awal 1950-an

TK ABA telah memberikan berbagai kontribusi dalam pendidikan anak-anak di Indonesia.

Perpisahan murid TK ABA Aisyiyah Kauman, Yogyakarta pada tahun 1958.
Foto:

Maka, tak heran bila objek yang diajarkan untuk digambar oleh siswa TK ABA adalah objek yang ditemui anak sehari-hari, seperti bentuk bidang (bulat dan persegi), binatang (misalnya ayam dan kucing) dan suasana alam (seperti gunung dan pohon). Tapi anak juga diajarkan membuat gambar yang mengandung cerita dan nilai moral, umpamanya menggambar anak yang berperilaku nakal.

Ini seperti komik mini, karena terdiri atas beberapa seri gambar (dalam istilah waktu itu: serietekening). Yang tak kalah penting adalah pelajaran menggambar, dalam bahasa kurikulum TK ABA waktu itu, “sekehendaknja sendiri (vrijtekening)”, atau istilah zaman kini, menggambar bebas. Tujuannya adalah melatih kreativitas dan eksplorasi ide anak.

Pelajaran ketiga ialah “Bermain-main”. Sudah karakteristik anak untuk senang bermain, karena dengan bermain mereka menggerakkan badan dan menggunakan otaknya dengan menyenangkan. Dan ini mendapat tempat penting dalam kurikulum TK ABA tahun 1951 itu.

Permainan yang diajarkan antara lain dalam bentuk barisan ataupun gerak badan. Tapi, guru TK ABA harus memastikan bahwa anak-anak bermain tanpa membuat gaduh suasana kelompok.

Pelajaran keempat adalah “Menyanyi dan Frobelen”. Guru menyampaikan teks lagu dan mengajak anak bernyanyi. Untuk Frobelen, siswa diajarkan bagaimana melipat dengan kertas, baik kertas koran maupun kertas marmer. Mereka juga diajarkan untuk membuat anyaman bambu.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement