Rabu 28 Jul 2021 17:49 WIB

Menengok Kurikulum TK ABA ‘Aisyiyah di Awal 1950-an

TK ABA telah memberikan berbagai kontribusi dalam pendidikan anak-anak di Indonesia.

Perpisahan murid TK ABA Aisyiyah Kauman, Yogyakarta pada tahun 1958.
Foto:

Di awal tahun 1950an, Indonesia berada di sebuah titik persimpangan. Masa lalu bernama kolonialisme dan pendudukan asing baru saja usai. Namun, kehidupan negara baru bernama Indonesia itu masih jauh dari sempurna. Ada banyak problem sosial berat yang dihadapi Indonesia saat itu, yang sebagian besarnya diakibatkan oleh penjajahan. Salah satu di antaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan penduduknya.

Berbagai lembaga pendidikan yang diusahakan Muhammadiyah telah membantu usaha untuk mendidik anak-anak dan mempersiapkan mereka untuk masa depan. Demikian pula TK ABA, berusaha mempersiapkan anak-anak Indonesia di dekade 1950an yang penuh tantangan itu.

Ini bisa dilihat dari kurikulum TK kala itu. Sejak 17 November 1951, TK ABA memakai kurikulum baru, yang dinamakan “Rentjana Peladjaran Bustanul-Atfal (Probelschool)” [sic]. Kurikulum ini disusun oleh Pusat Pimpinan ‘Aisjijah (kini: Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah) dan menjadi landasan bagi kurikulum-kurikulum TK ABA selanjutnya.

Kurikulum tahun 1951 tersebut dibagi menjadi enam bagian dan mencerminkan pandangan ‘Aisyiyah terhadap kompetensi apa saja yang dibutuhkan anak-anak pada saat itu: 1) Bercakap-cakap, 2) Menggambar, 3) Bermain-main, 4) Menyanyi dan Frobelen, 5) Berhitung dan menulis, serta 6) Agama.

Pelajaran pertama ialah “Bercakap-cakap”. Dari perspektif orang dewasa, pelajaran ini terlihat sangat sederhana.

Tapi ini adalah tahap penting bagi anak-anak. Pelajaran bercakap-cakap membuat mereka mendapatkan perbendaharaan kata yang baru serta melatih mereka melafalkannya dengan benar.

 

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement