Ini dituangkan Bung Koko dalam tulisannya yang bertajuk “Pengaruh Pendidikan Agama terhadap Kehidupan Sosial”. Pembangunan memang bertujuan baik, yakni memakmurkan masyarakat, tapi di saat yang bersamaan juga menyebabkan timbulnya perubahan sosial. Bagi Soedjatmoko, pelaksanaan pembangunan tidak hanya memerlukan pertimbangan ekonomis dan teknis, tapi juga mesti disesuaikan dengan nilai sosial dan moral yang hidup dalam masyarakat.
Bagi masyarakat yang mengalami pembangunan, mereka sering dihinggapi perasaan waswas tentang masa depannya yang tidak pasti dalam dunia yang berubah dengan cepat. Mereka butuh pegangan hidup, dan iman adalah pegangan yang cocok. Iman, terang Bung Koko, membuat manusia “mampu untuk membangun sambil menjaga hukum keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, sehingga ia tidak terhanyut mengejar kebendaan dan materialisme yang berlebih-lebihan”.
Iman membuat manusia berani menolak mengambil jalan yang pintas namun menyesatkan dalam mencapai tujuan. Menurut Soedjatmoko, ajaran iman semacam ini adalah karakteristik dalam pendidikan Islam di Indonesia.
Dia menyebut dua institusi yang mengajarkan pentingnya iman dalam arus modernisasi yang kencang dan mudah membuat orang gamang. Pertama, di berbagai pesantren, salah satunya Gontor.
Kedua, dalam institusi pendidikan Muhammadiyah. Soedjatmoko menulis: “Demikian pula dalam sejarah Muhammadiyah. Para calon mubaligh dididik berdasarkan doktrin bahwa mereka hendaknya ‘menghidupi Muhammadiyah’, dan tidak ‘mencari hidup dari Muhammadiyah’”.