REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Biostasitistikawan Utama di Union Chimique Belg (UCB) Brussels Belgia, Bakhtiar Hasan kembali dipercaya untuk memimpin warga Nahdliyin di Belgia.
Dia kembali terpilih sebagai Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Belgia dalam Konferensi Cabang (Konfercab) di De Pinte, Flanders, Belgia, pada Sabtu (24/7) lalu.
Bakhtiar berterimakasih kepada warga Nahdliyin yang telah memberikan kepercayaan kepadanya. Kedepannya, dia berharap bisa menjawab beberapa tantangan keagamaan warga Nahdliyin di Belgia.
“Tantangan kita yang hidup di negeri orang dengan kultur dan pandangan hidup yang secara umum berbeda perlu dijawab Nahdhiyin. Ini juga terkait dengan kehidupan kita sebagai minoritas di negeri yang largely secular,” ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Senin (26/7).
Menurut dia, ketika hidup di negeri orang prinsip dan nilai utama yang menjadi pondasi warga Nahdliyin memang harus tetap dijadikan pegangan. Namun, menurut dia, warga Nahdliyin di Belgia juga dituntut untuk bisa menjawab keadaan-keadaan yang tidak biasa di negara tersebut.
“Beberapa contoh sederhana semisal jadwal sholat ketika summer di Belgia dan negeri-negeri Eropa Utara, di mana waktu Isya secara teknis tidak ada karena twilight tidak benar-benar hilang atau tidak ada gelap mutlak di waktu tersebut, ini perlu diberikan jawabannya,” jelasnya
“Ini terkait dengan waktu sholat Maghrib yang jatuh sekitar pukul 10.00 malam dan waktu subuh yang datang pada pukul 04.00 pagi padahal kita beraktivitas, bekerja, sekolah, dan lain-lain di siang harinya,” ucapnya.
Selain itu, menurut Bakhtiar, warga Nahdliyin kedepannya juga perlu menjawab tantangan masyarakat Belgia yang masih belum mengenal Islam dengan baik dan hanya mengenalnya lewat berita-berita negatif. Karena tidak mengenal dengan baik, akhirnya mereka pun menuduh Islam sebagai agama yang radikal.
“Disinilah paham kita bahwa Islam sebagai agama rahmatan lilalamin harus digaungkan bukan pada level kampanye media sosial tapi mungkin lebih pada aspek pergaulan atau interaksi dengan individu dan masyarakat,” kata Bakhtiar.
Menurut dia, warga Nahdliyin di Belgia harus menampilkan prinsip seperti yang disampaikan dalam hadits Nabi, yassiru wala tu'assiru wabasysyiru wala tunafiru.
Artinya, mudahkanlah dan janganlah engkau persulit orang lain dan berilah kabar gembira pada mereka, jangan membuat mereka menjadi lari (HR Bukhari).
“Tentu banyak masalah-masalah lainnya yang harus dijawab oleh PCINU kedepannya dan insya Allah NU sebagai organisasi yang telah teruji dengan prinsip-prinsip wasathiyah dan dengan pendekatan kultural yang fleksibel dan telah teruji insyaallah dapat menajawab tantangan-tantangan tersebut,” ujar Bakhtiar.