Kamis 22 Jul 2021 17:55 WIB

Keberagamaan Bantu Hadapi Pandemi

Keberagamaan Bantu Hadapi Pandemi dan Dampaknya Secara Psikologis.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
 Keberagamaan Bantu Hadapi Pandemi. Foto:  Ilustrasi ibadah di rumah.
Foto: Edwin Dwi Putranto/Republika
Keberagamaan Bantu Hadapi Pandemi. Foto: Ilustrasi ibadah di rumah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama melakukan survei daring bertajuk 'Urgensi Layanan Agama di Masa Pandemi Covid-19'. Survei daring selama 8-17 Maret 2021 itu menemukan bahwa sebagian besar responden, yaitu 97 persen, merasa keyakinan atau keberagamaan mereka membantu secara psikologis dalam menghadapi pandemi dan dampaknya.

Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag, Prof Dr Muhammad Adlin Sila menuturkan, sebagian besar responden juga merasa sangat setuju dan setuju bahwa pandemi Covid memengaruhi praktik keberagamaan. Ditemukan pula, sebanyak 61,6 persen merasa pandemi Covid-19 mendorong mereka untuk menemukan makna hidup. Selain itu, 86,7 persen responden berupaya terhubung dengan pemuka agama dan komunitas agama mereka.

Baca Juga

"Saat melakukan isolasi mandiri, ada berbagai aktivitas yang dilakukan. Sebanyak 56,3 persen mendengar maupun membaca kitab suci, 47,2 persen mendengar ceramah, dan 42,8 berdzikir ataupun meditasi," tutur Adlin dalam keterangan tertulis, Kamis (22/7).

Namun, sedikit yang melakukan konsultasi psikologis khusus, dan hanya 22,1 persen responden yang mengaku pernah mendapat konseling psikologis keagamaan selama pandemi. Sebagian besar responden memilih konten keagamaan di media sosial dan ceramah agama di televisi maupun radio, ketimbang membaca buku, layanan konseling, dan mendatangi pemuka agama.

Metodologi survei tersebut dilakukan dengan menyebarkan tautan angket melalui jejaring media sosial dnegan bantuan jaringan kantor Kementerian Agama provinsi dan kabupaten/kota se-Indonesia. Dalam situasi pembatasan sosial di hampir seluruh wilayah Indonesia, sulit mengetahui secara cepat dinamika persepsi umat beragama dan isu-isu aktual dengan mengandalkan survei tatap muka langsung dengan responden.

Survei-daring berhasil mengumpulkan 1.550 respon para penderita Covid-19, penyintas, dan masyarakat di 34 provinsi dengan cukup tersebar dan sebangun dengan populasi masyarakat Indonesia. Metode accidental sampling (non-probabilitas), temuan hanya berlaku bagi responden. Melengkapi dan memperkuat temuan kuantitatif, dilakukan pengumpulan informasi kualitatif, dengan mewawancara per telepon 20 informan terpilih.

Berdasarkan survei itu, Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Kemenag memberikan saran pertimbangan kepada Ditjen Bimas-bimas Agama untuk memerintahkan kepada penyuluh-penyuluh agama di seluruh wilayah Indonesia agar mengintensifikan kegiatan penyuluhan agama terutama pesan menjaga keimanan dalam menghadapi wabah. Juga menjaga diri dan keluarga di masa pandemi Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, ormas keagaman dan majelis agama perlu terus menyampaikan kepada umatnya tentang pentingnya menjaga keimanan.

Model Layanan keagamaan psiko-spiritual di tengah krisis pandemi Covid-19 ini perlu dikembangkan oleh Kementerian Agama dan jajarannya ke bawah. Juga, optimalisasi peran ormas keagamaan dan majelis agama untuk memberikan pelayanan keagamaan tersebut.

Di tengah pembatasan sosial, layanan keagamaan psiko-spiritual dapat dikembangkan melalui virtual/telekonseling/WhatsApp Center/Contact Center dan sebagainya, melengkapi pendekatan medis-kesehatan seperti Telemedicine yang saat ini dikembangkan oleh Pemerintah/Kemenkes.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement