REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Universitas Al Azhar baik masjid maupun kampusnya sering dipandang sebagai bagian penting dalam sejarah Islam kontemporer. Seperti dilansir Egypt Independent pada Jumat (9/7) Lembaga ini juga dianggap sebagai acuan ideal pandangan keagamaan moderat dan konstruktif yang menolak fanatisme dan perselisihan. Al Azhar menjadi bagian dalam peradaban Islam yang agung.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa alasan utama dibangunnya Masjid Al-Azhar adalah karena ajakan kepada Syi'ah. Namun dalam waktu singkat karena berbagai peristiwa sejarah dan perubahan politik di Mesir, ia telah menjadi pilar Sunni. Namun pendidikan di universitasnya tidak hanya mencakup doktrin ini tetapi juga mencakup aliran pemikiran Islam lain yang berbeda.
Universitas Al Azhar menyatu dengan Masjid Al Azhar yang dibangun pada zaman Fatimiyah. Itu adalah lembaga agama dan ilmiah Islam terbesar. Masjid Al Azhar dikhususkan sebagai masjid resmi negara yang telah disetujui negara sebagai mimbar untuk panggilan agama dan simbol supremasi spiritualnya.
Universitas Al Azhar adalah salah satu yang tertua di dunia, selain universitas Az Zaitoniah dan Al-Qarawieen. Sampai hari kampus ini tetap menjadi tujuan para pembelajar yang peduli dengan agama dan ilmu-ilmu umum. Hal ini dibedakan oleh fleksibilitas, keterbukaan dan inklusivitas, hal-hal yang tidak ditemukan dalam hukum, lembaga pendidikan lainnya.
Keterbukaan ini menghidupkan kembali harapan bahwa lembaga umat Islam mampu menjangkau umat dengan kecenderungan yang berbeda, memotivasi persaudaraan di antara kelompok dan doktrin Islam yang berbeda, dan menghormati privasi masing-masing.