REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA—Kelompok-kelompok terkemuka Turki mengeritik rencana Jerman untuk mendirikan pusat pelatihan imam yang didukung negara.
Mereka menganggap bahwa keputusan itu bertentangan dengan prinsip bahwa komunitas agama saja yang berhak melatih para pemimpin mereka.
Kelompok itu terdiri dari Persatuan Islam Turki untuk Urusan Agama (DITIB) dan Visi Nasional (Milli Görüs).
Sementara itu, perguruan tinggi Islam pertama di Jerman mulai melatih para imam sejak Mei lalu. Pengajaran diadakan dalam bahasa Jerman dan sebagian dibiayai pemerintah Jerman dalam upaya memperoleh kemerdekaan dari negara-negara Muslim yang mendukung para imam di Jerman. Inisiatif itu juga ditujukan untuk membantu mengurangi jumlah pemimpin Islam dari luar negeri.
Periode pertama program Islam College yang didukung pemerintah akan memberikan pendidikan dua tahun kepada 20 kandidat pria dan wanita. Jerman sendiri memiliki total populasi 81 juta, dan menjadi negara dengan jumlah Muslim terbesar kedua di Eropa Barat, setelah Prancis.
Jerman telah mengalami peningkatan rasisme dan kebencian anti-Muslim dalam beberapa tahun terakhir, didorong oleh propaganda kelompok neo-Nazi dan partai oposisi sayap kanan Alternatif untuk Jerman (AfD).
Sekitar 40 calon imam telah menghadiri kelas pelatihan pertama di German Collage of Islam di barat laut Osnabrueck pada Senin (14/6), sehari sebelum pelantikan resmi digelar. Program pelatihan imam akan berlangsung selama dua tahun, dan terbuka bagi seluruh pemegang gelar sarjana teologi Islam atau diploma yang setara.
Pelatihan ini akan menyediakan sekitar 12 ribu buku agama yang diimpor langsung dari Mesir, dan menawarkan pengajaran praktis dalam pembacaan ayat-ayat Alquran, teknik dakwah, praktik ibadah dan politik
Dengan antara 5,3 dan 5,6 juta Muslim di Jerman, sekitar 6,4 hingga 6,7 persen dari populasi, peran Islam dalam masyarakat menempati tempat yang menonjol dalam wacana politik. Meski begitu, pusat pelatihan ini baru sebagiannya yang didanai oleh pemerintah federal, serta otoritas lokal di negara bagian Lower Saxony.
Dukungan pengadaan pelatihan para imam di Jerman pertama kali diungkapkan Angela Merkel, kanselir dan mantan ilmuan Jerman, pada 2018. Merkel mengatakan bahwa pelatihan tersebut sangat berguna dan akan membuat Jerman lebih mandiri.
“Kami adalah Muslim Jerman, kami adalah bagian integral dari masyarakat dan kami sekarang memiliki kesempatan untuk menjadi imam 'buatan Jerman'”, kata mahasiswa Ender etin, yang sudah bekerja sebagai imam sukarelawan di pusat penahanan pemuda di Berlin.
Sampai saat ini, sebagian besar imam di Jerman telah dilatih...