Kamis 01 Jul 2021 05:58 WIB

Mualaf Wahyu, Umroh dan Kisah Mimpi yang Ubah Hidupnya

Mualaf Wahyu tergugah dan mengalami titik balik usai mimpi dan umroh

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Mualaf Wahyu tergugah dan mengalami titik balik usai mimpi dan umroh. Wahyu
Foto:

Puncaknya, Wahyu kemudian menjadi seorang pecandu narkoba. Pergaulan yang tidak baik mempengaruhinya sehingga gemar mengonsumsi barang haram tersebut. Kalau sedang sakau, ia sering tergeletak tak berdaya di dalam rumahnya. Keadaan itu membuat orang-orang di sekitarnya merasa miris. 

Pada suatu siang, Wahyu merasakan pusing yang teramat sangat sesudah memakai narkoba. Ia pun tertidur. Dalam tidurnya, ia bermimpi sedang berada dalam satu ruangan yang terbakar. 

"Biasanya jika bermimpi, tidak akan terasa apa pun di badan kita. Tetapi ini aneh, saat di ruangan yang terbakar saya terasa panas dan sa kit sekali, dari ujung kaki hingga kepala. Seketika saya terbangun dan mengucapkan istighfar," tutur dia. 

Wahyu mengenang, istighfar adalah lafal yang saat itu seumur-umur jarang diucap kannya. Maka, spontanitasnya dalam beristighfar membuatnya tertegun. Setelah mencuci muka, dirinya kembali duduk dalam kesunyian. 

Yang tergambar dalam benaknya hanyalah kematian. Sebagai orang beriman, dirinya pun meyakini adanya kehidupan sesudah mati, serta surga dan neraka. Bayangan tentang ruangan yang terbakar dalam mimpinya barusan otomatis mengantarkan imajinasinya ke perkara siksa neraka. Ketakutan menghantuinya. 

Bagaimanapun, dalam kondisi demikian pikiran dan jiwanya kembali tenang. Sebab, suara azan terdengar dari arah masjid di dekat rumah.Lafaz Allah yang diucapkan sang muazin membuatnya tersadar. 

Maka, berulang kali Wahyu menggumamkan istighfar. Sesudah itu, lisannya mengucapkan asma Allah berulang kali. Ibadah zikir ini baru kali itu dilakukannya dengan kesungguhan hati. 

Sejak saat itu, Wahyu berkomitmen untuk meninggalkan segala maksiat yang telah dilakukan nya termasuk obat-obatan terlarang. Wahyu mulai belajar shalat, rajin ke masjid ketika azan sudah berkumandang. 

Wahyu kembali ke titik nol. Dia mempelajari sholat dari teman di shaf depan. Dimulai dengan menghafal gerakan-gerakan dan bacaan shalat. 

Wahyu bersyukur, proses hijrahnya ini dipermudah oleh Allah SWT. Di masjid, dia bertemu banyak orang-orang baik. 

Hingga satu hari dipertemukan dengan Mualaf Center Yogjakarta dan diajak untuk ikut menjadi relawan. Ia ikut membantu menangani mualaf yang butuh bantuan seperti konflik dengan keluarga non-Muslim hingga konflik proses pemakaman mualaf. 

Setelah satu tahun hijrah, Allah memberikan rezeki, Wahyu mendapat hadiah umrah dari hamba Allah yang dermawan. Akhir 2018, ia berangkat ke Jakarta karena travel umrahnya berada di kota tersebut. 

Ia pun bertemu dengan komunitas garasi hijrah yang memiliki program hapus tato. Karena mereka tahu, Wahyu memiliki tato dan akan berangkat umrah maka mereka memberikan layanan hapus tato secara cuma-cuma.

Takdir Allah berkata lain. Ternyata, perusahaan biro perjalanan umrah yang akan melayaninya bermasalah. Alhasil, ia pun batal berangkat umrah. Karena tak ada pilihan lain, dirinya lantas kembali ke Yogyakarta.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement