REPUBLIKA.CO.ID, — Allah SWT tidak hanya memberikan kenikmatan dunia kepada orang yang beriman tetapi juga kesulitan atau bala baik dalam bentuk bencana, sakit, kekurangan harta, dan anak-anak.
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ.الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al Baqarah 155-157)
Salah satu tujuan penderitaan adalah untuk menunjukkan kekuatan iman, kekuatan ini yang diwujudkan dalam nilai kesabaran dan pahala. Sebagaimana seorang mukmin, dengan kesabarannya dalam menghadapi penderitaan, telah meyakini rukun iman.
أن تؤمن بالله، وملائكته، وكتبه، ورسله، واليوم الآخر، وتؤمن بالقدر خيره وشره “Iman adalah engkau beriman (percaya) kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, dan engkau percaya kepada takdir Allah yang baik maupun yang buruk.”
Di antara rukun iman, iman kepada takdir Allah adalah yang terbaik dari itu. Dan arti dari keyakinan takdir, keyakinan orang beriman bahwa apa pun yang terjadi di alam semesta, baik atau buruk, berlangsung sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Keyakinan inilah yang menguatkan tekad seorang mukmin untuk menghadapi musibah, sehingga dia tidak panik jika ditimpa musibah.
Hal ini karena dia tahu persis bahwa Allah tidak menetapkan sesuatu kecuali yang baik bagi hamba-hamba-Nya, dan tahu persis bahwa apa yang menimpanya bukan untuk menyalahkannya, dan apa yang keliru bukan untuk menimpakannya, dan dia tahu persis bahwa di tangan-Nya lah pembuka mudharat dan penolak bala, yaitu Allah SWT.
Untuk itu Allah memberikan petunjuk dengan selalu berdoa kepada Nya agar terhindar atau dimudahkan dalam menjalani ujian. Seperti doa Nabi Ayub yang diajarkan Rasulullah. Dalam surat Al Anbiya ayat 83-84:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ.فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ ۖ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَىٰ لِلْعَابِدِينَ
“Dan (ingatlah kisah) Ayyub, ketika dia berdoa kepada Tuhannya, "(Ya Tuhanku), sungguh, aku telah ditimpa penyakit, padahal Engkau Tuhan Yang Mahapenyayang dari semua yang penyayang. Maka Kami kabulkan (doa)nya lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan (Kami lipat gandakan jumlah mereka) sebagai suatu rahmat dari Kami, dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Kami.”
Sumber: alukah