REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil penelitian Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat UIN menunjukkan hanya 11,2 persen porsi ulama perempuan dalam dakwah di televisi. Ketua Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga (PRK) MUI, Siti Ma'rifah, menyebut sejauh ini pendakwah perempuan lebih banyak berkecimpung di bidang pendidikan atau pendampingan.
"Kalau kita lihat, memang jumlah ulama perempuan memang belum banyak. Hal ini juga terlihat dari jumlah yang aktif di MUI baik di komisi dakwah atau fatwa," kata dia saat dihubungi Republika, Rabu (9/6).
Di sisi lain, ia menyebut jumlah ulama perempuan sebenarnya banyak, namun tidak bermunculan di media. Banyak alumni dari Institut Ilmu Alquran, UIN dan pondok pesantren yang menghasilkan ulama perempuan.
Dakwah tidak hanya berupa //bil lisan// atau ceramah, namun juga melalui tindakan atau //bil hal//. Banyak ulama perempuan disebut berkecimpung di bidang pendidikan baik di pesantren atau sekolah, atau hal lain di bidang pendampingan.
Siti Ma'rifah pun menyebut untuk mengatasi minimnya jumlah pendakwah perempuan di media televisi, perlu disiapkan kader-kader ulama perempan yang siap mengahadapi audiens publik.
"Di PRK MUI, kami berencana membuat semacam pelatihan dakwah untuk perempuan agar bisa berdakwah di media. Media ini tidak hanya televisi tapi juga ada //podcast// dan youtube. Hal ini sudah banyak dilakukan, termasuk saya di podcast di rumah sakit memberikan penjelasan soal fikih perempuan," lanjutnya.
Saat ini, media untuk dakwah sangat luas. Tetapi, media televisi disebut menjadi bagian perhatian Komisi PRK MUI dimana pendakwah dibimbing agar bisa menyiapkan diri.
Terkadang, ia menyebut banyak pendakwah yang belum siap dari segi kemampuan berbicara di depan publik yang lebih luas. Sehingga, meskipun ada kesempatan untuk tampil di media, dari diri pendakwahnya sendiri yang belum siap.
Berbicara di media terutama televisi disebut berbeda dibanding dengan memberikan ceramah di kajian secara langsung. Cara mengemas atau melatih //public speaking// perlu disiapkan dengan baik, mengingat kemampuan berbicara di depan umum dan retorika diperlukan agar diintegrasikan dalam pola berdakwah.
"Konteks berdakwah harus memahami audiens, bagaimana membahasakan ilmu agar bisa dipahami semua orang. Insya Allah bersama komisi dakwah MUI kami akan memperhatikan dan menyiapkan ulama perempuan ini. Selain itu akan dibangun juga kerja sama dengan lembaga perempuan dari ormas-ormas Islam di Indonesia," kata Siti Ma'rifah. // Zahrotul Oktaviani