REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi David Pradarelli, menjadi seorang Muslim merupakan sebuah anugerah. Dia lahir dan besar dalam ajaran Katolik Roma.
Namun, ia selalu memiliki ketertarikan yang mendalam dengan agama lain. Perjalanannya menjadi mualaf dimulai saat ia ingin memiliki hubungan dengan Tuhan.
“Saya menghabiskan beberapa waktu di ordo agama Katolik yang dikenal sebagai Fransiskan. Saya memiliki banyak teman dan saya menikmati waktu saat beribadah,” kata David dalam buku Stories of New Muslims.
Menurut David, imannya seakan terlalu santai menjalani hari-hari sebagai Fransiskan dan itu terkesan sombong dan munafik. Saat ia kembali ke kehidupan sekuler, ia sekali lagi ingin mencari jalan untuk mencapai Tuhan.
Suatu malam, David menonton berita yang melaporkan tentang Muslim. David mengaku pemberitaan Muslim selalu dari sisi negatif dibandingkan sisi positif. Terlebih, Muslim kerap dihubungkan dengan beberapa kekerasan dan teroris.
“Saya cukup menolak mempercayai apa pun yang media katakan. Saya memutuskan meneliti Islam dan menarik kesimpulan saya sendiri,” ujar dia.