"Dari hadits qudsi di atas dapat kita pahami bahwa jika seseorang memusuhi seorang Waliyullah, yaitu seorang ulama yang juga kekasih Allah, dengan memfitnah, membenci atau menyakitinya sama saja dengan mengumumkan atau menyatakan perang, permusuhan kepada Allah SWT," katanya.
Menurut Ustadz Kiki yang dimaksud menyatakan perang sama dengan menantang Allah SWT untuk memerangi diri orang yang memfitnah, membenci atau menyakiti ulama yang kekasih Allah ini. Selain itu, jelas Ustadz Kiki seorang ulama yang kekasih Allah juga dapat mencelakakan orang yang memfitnah, membenci dan menyakitinya dengan doa yang dipanjatkannya sebab doa seorang ulama kekasih Allah pasti Allah kabulkan.
"Karenanya, jangan sekali-kali memfitnah, membenci atau menyakiti seorang ulama yang kekasih Allah sebab yang kerugian dan mudharatnya jelas kepada dirinya, bukan kepada ulama tersebut," katanya.
Ustadz Kiki mengajak agar tidak perlu sibuk dengan urusan untuk mencap seseorang itu ulama kekasih Allah atau hanya mendapat label ulama saja dari masyarakat namun bukan kekasih Allah karena perkara tersebut tidak dapat diukur dari penampilan luar dan amal yang terlihat dari seseorang.
Yang patut diingat menurutnya, jika seseorang menyakiti, menganiaya atau menzalimi seorang Muslim yang awam, yang bukan ulama, lantas dia berdoa, maka doanya tidak ada hijab antara dirinya dengan Allah SWT persis seperti doa kekasih Allah. Ini sebagaimana bunyi hadits dari Muadz bin Jabal, Rasulullah bersabda:
اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ “Takutlah kepada doa orang-orang yang teraniyaya, sebab tidak ada hijab antaranya dengan Allah (untuk mengabulkan).” (hadits sahih riwayat Imam Muslim).