"Masuknya perbuatan maksiat kepadamu padahal engkau telah menjauhinya, tertutupnya pintu permohonan perlindungan kepada Allah serta meninggalkan munajat dan doa kepada-Nya, mengiringkan kebaikan dengan keburukan, menyepelekan dosa-dosamu dan tidak peduli dengannya, menunda-nunda taubat dan istighfar dari dosa-dosa tersebut sama dengan melupakan Tuhan," katanya.
Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman mengatakan, mencela diri sendiri dan merendahkannya karena aib-aib dan penyakit-penyakit hati yang terbukti ada di dalamnya, merupakan perkara yang harus dilakukan oleh setiap orang. Karena sikap itu dapat mendorong yang untuk berkaca diri dan mengintropeksi nya dengan seksama.
"Juga dapat mendorongnya untuk mewaspadai kelalaian dan kejahatan," katanya.
Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman mengatakan, dengan sikap demikian, maka amal perbuatannya menjadi semakin baik, keadaannya semakin benar, dan segala urusan menjadi lurus dengan izin Allah. Jika tidak demikian, maka hatinya bisa menjadi rusak dan sakit karena dimasuki oleh penyakit-penyakit.
"Pujian dan sanjungan orang-orang yang memuji dan menjilat tidak akan bisa menghalangi penyakit itu, karena dia sendiri yang mengetahui aib-aib dirinya, sedangkan orang lain tidak mengetahuinya," katanya.
Menurut Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad bin Salman, mukmin yang hakiki adalah yang apabila dipuji disanjung dan disebut-sebut sebagai bagian dari kebaikan-kebaikannya, ia akan merasa malu kepada Allah, seraya mengagumkan dan memuliakannya manakala ia dipuji dengan suatu sifat yang tidak dimilikinya.
"Sehingga dengan adanya pujian itu ia semakin memurkai dirinya, merendahkannya dan lari darinya," katanya.
Sementara penglihatannya tentang kebaikan Allah dan penyaksiannya terhadap karunia dan anugerah-Nya semakin menguat ketika kebaikan-kebaikannya ditampakkan. Dan dia bersyukur kepada Allah serta memuji-Nya atas nikmat tak terhingga yang dianugerahkan kepadanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
