Jumat 14 May 2021 06:49 WIB

Berkat Semangat Teman, Riduan Berhasil Juara 3 Murottal Umma

Riduan Juara 3 SDI 2021 sudah mengenal Murrotal sejak SD

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Riduan, Juara 3 Murottal Kombat Syiar Digital Indonesia
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Riduan yang merupakan ustadz di Pesantren Tahfidz Depok sempat insecure ketika akan memutuskan untuk mengikuti lomba murottal yang diadakan oleh aplikasi Muslim Umma. Berkat dorongan semangat teman-temannya, Riduan akhirnya memberanikan diri. Tak disangka ia berhasil memperoleh juara tiga.

Riduan sudah mengenal murottal sejak ia masih duduk di kelas empat SD. Kala itu, gurunya melihat ada bakat terpendam di diri Riduan. “Alhamdulillah Allah memberi saya anugerah suara. Mulai kelas empat SD, saya diajarkan nada, lalu mulai ikut lomba-lomba lokal, di Paser, Kalimantan Timur, daerah rumah saya,” kata Riduan kepada Republika.co.id, Selasa (11/5).

Sejak itu, ia mulai melatih dirinya dalam bidang murottal. Sampai memasuki SMA, ia sudah membuat tekad kuat untuk menjadi qari. Untuk memperdalam kemampuannya, ia harus belajar tafiz di Solo. Setelah lulus, ia menjadi santri dan akhirnya mengajar di Pesantren Tahfidz Qiblatain, Depok, Jawa Barat.

Lomba murottal di Umma

Riduan mengaku baru mengetahui aplikasi Umma beberapa akhir ini. Kebetulan, pondok tempat ia mengajar dan kuliah berlangganan koran Republika. Saat itu, ia melihat iklan lomba murottal yang diadakan Umma.

“Awalnya ragu mau ikut karena ini lomba tingkat nasional, kemungkinan menang kecil. Tapi saat hari terakhir, saya coba memberanikan diri mengisi formulir dan mengirim video. Saya ambil video dari konten Youtube saya. Nggak nyangka, setelah itu, saya mendapat email dan masuk ke babak selanjutnya,” jelas dia.

Riduan pernah merasa tidak pede saat tahu saingan-saingannya sangat berbakat dalam 15 besar. Namun, teman-temannya selalu menyemangatinya agar tidak pernah menyerah.

“Sempat mau mengundurkan diri, nggak pede. Apalagi ada syarat buat video perkenalan diri. Tapi nggak jadi karena saya ingat teman-teman saya selalu semangati saya. Akhirnya saya berani melanjutkan,” ucap dia.

Di tahap selanjutnya, Riduan harus mengumpulkan tiga video. Karena sibuk aktivitas pada pagi sampai sore hari, ia harus merekam pada malam hari setelah shalat Isya dan ngaji. Alat dan fasilitas yang dimiliki Riduan terbatas. Tapi itu sama sekali tidak menghambatnya.

Saat merekam video, ia dibantu teman-temannya yang membagi tugas. Misal, ada yang mengatur ponsel agar terlihat jelas atau menaruh Alquran di tempat buku. Sementara itu, dia berperan dalam mengedit video. Setiap video yang ia kirimkan untuk lomba ia juga unggah di akun Youtubenya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement