Baru-baru ini klub tersebut memicu kontroversi ketika seragamnya menggambarkan Israel sebagai Palestina, selama serangan Israel terhadap Gaza pada tahun 2014. Untuk tiga pertandingan, pemain mengenakan jersey yang menggantikan nomor 1 dengan peta memanjang Palestina pra-1948.
Namun, komunitas Yahudi Chili yang kecil tapi kuat dengan 18 ribu orang menyerangnya sebagai "anti-Israel" dan memprotes politisasi sepak bola di negara tersebut. Federasi Sepak Bola Chili kemudian melarang kaus tersebut dan mendenda klub 15 ribu dolar.
Tapi itu tidak menghentikan mereka untuk dijual di pasaran terutama seragam nomor 11. Klub merayakan ulang tahun keseratusnya tahun lalu dengan kemeja yang memiliki slogan "Lebih dari sebuah tim, itu adalah seluruh orang" tertulis di atasnya
Rasa solidaritas transnasional dan semangat persatuan inilah yang mendefinisikan klub, sesuatu yang menurut jurnalis Palestina Ramzy Baroud. “Tidak ada hari berlalu tanpa saya memeriksa aplikasi olahraga saya untuk mengikuti perkembangan Deportivo Palestino,” tulisnya.
"Saya tahu bahwa banyak orang Palestina di bagian lain dunia melakukan hal yang sama karena terlepas dari perbedaan jarak dan bahasa dan waktu, pada akhirnya kami akan selalu menjadi satu bangsa,” ujarnya.