Rabu 12 May 2021 14:54 WIB

Jadi IRT Bukan Penghalang Dhita Berdakwah Lewat SDI

Ibu rumah tangga Dhita Hayu Cahyani meraih juara 2 kompetisi SDI yang digelar Umma

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Dhita Hayu Cahyani, juara 2 Syiar Digital Indonesia (SDI) 2021 lomba yang diselenggarakan aplikasi Umma.
Foto:

 Cerita sahabat

Dhita memilih tema cerita sahabat Rasulullah saw. Meskipun kesulitan di awal, semakin lama Dhita merasakan banyak manfaat.

“Saya belajar, cari dan baca referensi. Saya jadi tahu saat era Rasulullah dahulu banyak sahabatnya yang sangat kaya dan mereka tidak memamerkan hartanya. Itu bisa kita sambungin ke zaman sekarang,” kata dia.

Proses paling lama ia rasakan ketika mulai riset yang menghabiskan waktu berhari-hari. Apalagi, dia juga harus memparafrasekan sendiri ke bahasa sendiri sehingga mudah diterima di pendengar anak muda.

Sebagai seorang ibu, Dhita juga harus bisa membagi waktunya sebaik mungkin antara membuat podcast dan mengurus anak. Bahkan, saat ini ia tengah mengandung anak keduanya. Oleh karena itu, dia menyusun strategi sedemikian rupa. Setiap malam ia habiskan untuk membuat konten dan bisa sampai dini hari.

Pernah, saat Dhita tengah asyik merekam, putra kecilnya menangis meminta kelon. Dia mengira dirinya sudah kehabisan waktu karena pihak Umma membatasi waktu pengiriman sampai pukul 00.00. Ternyata, Dhita salah melihat jam, waktu masih menunjukkan pukul 23.00. Segera, dia menyelesaikan kontennya.

Beruntungnya, Dhita mempunyai suami dan eyang yang sangat mendukung hobinya. Terkadang saat ia harus mengerjakan rekaman siang hari, suaminya membantu menjaga anaknya.

Tantangan lain yang ia rasakan adalah cara berdakwah yang sasarannya anak muda. “Untuk mengikuti perkembangan anak milenial, di umur saya jaraknya nggak terlalu jauh ya. Umur 30 tahun itu di tengah antara milenial dan tua. Jadi, saya bisa menyampaikan dengan bahasa anak muda,” ujar dia.

Dhita juga harus aktif bermain sosial media agar mengetahui hal yang biasa diperbincangkan di kalangan anak muda. Misalnya, dia aktif di Twitter. Semua yang viral atau berita yang trending ada di Twitter. Itu membantunya dalam cara berbicara anak muda.

 

Untuk kedepannya, ia berharap dapat membuat konten yang diisi dengan narasumber berkompeten dalam bidang tertentu. “Harapannya meluas sasaran podcastnya, nggak hanya anak milenial tapi misalnya ke ibu-ibu muda. Bisa nanti ngomongin pernikahan atau kehamilan. Nanti juga mau diisi dengan narasumber yang sudah berkompeten dan mempunyai pengaruh besar. Jadi, saya nanti sebagai host,” ucap dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement