Jumat 07 May 2021 04:40 WIB

Migran Suriah di Spanyol Buat Media Berbahasa Arab Pertama

Baynana dibuat untuk mematahkan stereotip negatif seputar komunitas Arab dan migran.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Migran Suriah di Spanyol Buat Media Berbahasa Arab Pertama. Migran dari Eritrea, Mesir, Suriah dan Sudan, dibantu oleh pekerja bantuan dari LSM Spanyol Open Arms, setelah melarikan diri dari Libya dengan kapal kayu berbahaya di laut Mediterania, sekitar 110 mil sebelah utara Libya, pada Sabtu, 2 Januari, 2021.
Foto: AP/Joan Mateu
Migran Suriah di Spanyol Buat Media Berbahasa Arab Pertama. Migran dari Eritrea, Mesir, Suriah dan Sudan, dibantu oleh pekerja bantuan dari LSM Spanyol Open Arms, setelah melarikan diri dari Libya dengan kapal kayu berbahaya di laut Mediterania, sekitar 110 mil sebelah utara Libya, pada Sabtu, 2 Januari, 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Pengungsi di Spanyol membuat outlet berita Baynana untuk mematahkan stereotip negatif seputar komunitas Arab dan migran Spanyol. Baynana merupakan outlet berita Arab pertama sebagai penyeimbang dan untuk memperkuat hubungan antara Spanyol dan kawasan Arab.

"Kami pikir kami bisa membantu orang lain seperti kami. Kami ingin menunjukkan perjuangan dan impian para migran dan pengungsi, yang serupa dengan orang lain," ujar Ayham al-Ghareeb, seorang jurnalis Suriah yang mengungsi ke Spanyol sejak 2019.

Baca Juga

Baynana berasal dari bahasa Arab yang berarti di antara kita. Baynana dikelola oleh pengungsi di Spanyol serta satu-satunya outlet berita Arab di negara itu yang secara eksklusif didedikasikan untuk, dan dijalankan oleh komunitas Arab di Spanyol.

"Di Baynana kami ingin melakukan sesuatu yang sedikit berbeda. Kami ingin menampilkan cerita positif tentang pengungsi, memberikan informasi yang berguna dan menunjukkan sisi lain migrasi di Spanyol. Hampir semua outlet Spanyol berbicara tentang migran atau pengungsi sebagai korban, tetapi bukan itu kenyataan," kata jurnalis Suriah Muhammed Subat yang juga mengungsi ke Spanyol.

Pada 2019, Al-Ghareeb terpaksa meninggalkan negaranya seperti jutaan rekan senegaranya, yang berusaha melarikan diri dari perang brutal yang telah menghancurkan negara itu selama 10 tahun terakhir. Al-Ghareeb, istri dan dua putrinya yang masih kecil meninggalkan negara, keluarga, dan teman-teman mereka untuk mencari negara yang lebih hijau. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement