1. Servants of Allah oleh Sylviane Diouf
Lebih dari 30 persen dari semua budak Afrika yang diangkut ke Amerika adalah Muslim. Sebagian besarnya pergi ke Karibia dan Amerika Selatan, terutama Brasil.
Diterbitkan pada 2013, buku Sylviane Diouf, merinci bagaimana orang Afrika yang diperbudak di Karibia dan Amerika melawan supremasi kulit putih. Kemudian juga dalam mempertahankan hubungan dengan orang Afrika lainnya di seluruh diaspora. Selanjutnya dalam beberapa kasus, benua Afrika, mampu menemukan cara untuk mempraktikkan agama mereka di bawah pengawasan ketat.
Buku tersebut menyoroti beberapa tokoh penting Muslim Hitam di Amerika. Ini termasuk Omar ibn Said dan Bilali Mohamed, baik penulis maupun cendekiawan Islam, yang warisan intelektualnya masih terasa hingga saat ini.
Diouf mencatat bahwa banyak Muslim yang diperbudak adalah tentara terlatih. Mereka menggunakan pengetahuan taktisnya untuk memimpin pemberontakan budak. Misalnya, Pemberontakan Male di Salvador, Bahia, Brasil dipimpin oleh Muslim yang merdeka dan diperbudak selama Ramadhan pada 1835. Sementara para pemberontak pada akhirnya dikalahkan, pemberontakan tersebut memainkan peran penting dalam mendorong Brasil untuk menghapus perbudakan.
Servants of Allah adalah salah satu buku berbahasa Inggris pertama yang diterbitkan tentang Muslim Afrika dan perdagangan budak transatlantik. Ini bergabung dengan karya dasar Allan D Austin dan Michael Gomez tentang perbudakan Afrika di Amerika. Seperti Gomez, Diouf bergerak melampaui biografi laki-laki Muslim individu untuk mengeksplorasi sifat diaspora Islam di Amerika dan Karibia.
Buku itu menjadi populer setelah 9/11, tiga tahun setelah penerbitan aslinya, karena itu menunjukkan akar panjang Muslim di AS. Ini menantang asumsi bahwa Islam itu asing dan baru di AS. Muslim non-kulit hitam sangat ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama Amerika yang sama seperti agama lainnya.
Menurut Diouf, Servants of Allah membantu orang kulit hitam Amerika melegitimasi hubungan mereka dengan Islam dengan Muslim non-Kulit Hitam, yang mempertanyakan keaslian mereka. Membaca buku di era Black Lives Matter memungkinkan pembaca untuk melihat bagaimana anti-Blackness dan Islamophobia saling berhubungan. Keduanya penting untuk mendirikan Amerika dan Karibia, dan Black liberation terkait dengan mengakhiri Islamophobia.