Rabu 21 Apr 2021 22:32 WIB

Studi Ungkap Mobilisasi Anti-Muslim di Media Sosial Prancis

Islamofobia dan xenofobia meningkat di media sosial Prancis

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Islamofobia dan xenofobia meningkat di media sosial Prancis. Ilustrasi polisi Prancis berjaga di dekat Gereja Notre Dame di Nice, selatan Prancis.
Foto:

Sepuluh postingan teratas pada hari-hari ini semuanya bereaksi terhadap serangan teroris di Conflans-Sainte-Honorine, menampilkan serangan itu sebagai tanda dugaan 'islamisasi' Prancis dan tanda-tanda luar dari keyakinan Islam sebagai bahaya bagi masyarakat Prancis.

Sebanyak delapan dari 10 tweet dengan jangkauan tertinggi menggunakan istilah "voile islamique" (cadar Islam) dan menggambarkan jilbab sebagai cerminan dari tuduhan islamisasi dan penindasan wanita di Prancis. Beberapa tokoh sayap kanan seperti Robert Ménard dan pejabat Rassemblement National (RN) Julien Odoul menyerukan pelarangan jilbab di ruang publik.

Puncak tertinggi kedua dalam percakapan terjadi pada 4 Februari 2021, dan terkait dengan diskusi di Majelis Nasional tentang "proposition de loi confortant les principales républicains" (Penguatan RUU prinsip-prinsip Republik).

Pengguna Twitter secara luas mengutuk komentar anggota parlemen dari sLa France Insoumise (LFI) Eric Coquerel, yang membandingkan jilbab dengan kerudung pernikahan untuk mengurangi serangan terhadap pemakaian jilbab. Sebanyak 10 postingan teratas pada hari itu dibuat oleh tokoh masyarakat sayap kanan (misalnya Eric Cioti) atau sayap kanan (misalnya Jean Messiah, mantan RN dan RN MEP Mathilde Androuët), menampilkan jilbab sebagai simbol penindasan perempuan. 

Puncak ketiga dan terakhir berlangsung pada 31 Januari 2021 dan dikaitkan dengan acara yang dipentaskan oleh Nemisis 'kolektif feminis' yang mengidentifikasi dirinya, sebuah organisasi femonasionalis yang secara terbuka mempromosikan agenda anti-imigrasi dan Islamofobia.   

Mereka juga telah menggelar tindakan anti-Muslim seperti kampanye tidak ada hari berhijab di Paris. Sebanyak 7 dari 10 postingan dengan jangkauan tertinggi mendukung tindakan Nemesis, mengutuk penangkapan mereka oleh polisi. Puncak diskusi di Facebook mencerminkan tren di Twitter.

Puncak diskusi di Facebook mencerminkan tren di Twitter. Peneliti melihat peningkatan tajam dalam pos-pos setelah pembunuhan Samuel Paty pada 16 Oktober 2020, diikuti dengan lonjakan kedua dalam diskusi pada 19-20 Januari 2021 setelah pemerintah Prancis mengajukan "RUU tentang prinsip-prinsip republik" kepada Parlemen. Sementara serangan teror memicu posting tentang dugaan 'islamisasi' negara, lonjakan akhir Januari menyebabkan diskusi baru tentang jilbab.

Peneliti ISD juga menganalisis postingan...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement