Kamis 22 Apr 2021 05:28 WIB

Mualaf Aaron: Hidayah Datang Sebelum Mencoba Bunuh Diri

Beberapa detik sebelum mencoba bunuh diri, mualaf Aaron mendapatkan hidayah.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Muhammad Hafil
Mualaf Aaron: Hidayah Datang Sebelum Mencoba Bunuh Diri
Foto: Khaleej Times
Mualaf Aaron: Hidayah Datang Sebelum Mencoba Bunuh Diri

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Perjuangan melawan kecanduan alkohol membuat seorang ekspatriat Amerika di Uni Emirat Arab (UEA), Aaron David Snyder, masuk Islam. Synder, yang kini dikenal sebagai Haroun, mengaku pernah mempertimbangkan untuk bunuh diri tahun lalu.

Dia tepat berada di persimpangan batin untuk mengakhiri hidupnya, ketika "tanda" surgawi dari Yang Maha Kuasa mencegahnya dari kematian. Hal itu membuat ia kembali memikirkan tentang tujuan hidup.

Baca Juga

Setahun setelah kejadian itu, Haroun memeluk Islam di UEA. Ia pun menjalankan Ramadhan pertamanya sebagai seorang Muslim yang berpuasa dan shaleh.

"Saat itu saya sedang berdiri di balkon lantai 19 dan merenungkan untuk mengambil risiko mengakhiri hidup saya. Ketika itu saya berseru kepada Tuhan dengan keras: 'Saya tunduk kepadaMu'. Saya tidak berdaya tentang kecanduan alkohol saya," kata dia dikutip di Khaleej Times, Rabu (21/4).

Setelah mengatakan hal tersebut, ia melihat ke arah  langit dan bertanya kepada Tuhan apakah Dia sungguh sedang mendengarkan apa yang ia bicarakan.

Haroun pun menyebut mengalami momen epiphanic dalam waktu singkat. Dalam beberapa detik, langit menyala dan ia melihat tiga kilatan cahaya mirip kilat.

Baca juga : Kisah Veteran yang Dahulu Benci Kini Mencintai Islam

Pria berusia 53 tahun ini lantas memeriksa prakiraan cuaca dan melihat tidak ada badai yang datang. Ia lantas percaya jika Tuhan memberi ia dapat mengatasi masalah pergumulannya dengan alkohol.

"Saya berdamai dengan diri saya sendiri. Saya tidak pernah menyentuh alkohol sejak itu dan hidup saya mengalami transformasi," kata dia.

Haroun lantas mulai berdoa untuk diberi jalan yang benar dalam hidup. Ia membiarkan segala sesuatunya berjalan dengan sendirinya.

Pria ini mengaku tidak tahu bagaimana pastinya ia dibimbing ke Islam. Yang ia tahu, ia merasa mengalami kedamaian batin ketika mendengar adzan.

Sesegera mungkin ia mencoba menemukan aplikasi seluler yang dapat melafalkan Alquran bersama dengan teks bahasa Inggris. Mendengarkan Alquran memberi ia kedamaian batin dan rasa kepuasan spiritual.

"Alquran mewujudkan kembali perjuangan pribadi saya. Seketika itu menjadi sumber kenyamanan yang membantu saya mengatasi pertempuran dengan kecanduan," lanjut Haroun.

Pada bulan Februari 2021, Haroun menelepon Zayed House for Islamic Culture dengan beberapa pertanyaan tentang Islam. Setelah pertanyaannya dijawab, wanita di ujung telepon bertanya apakah ia siap untuk mengucapkan Syahadat, yakni menyatakan diri telah menjadi seorang Muslim).

Dalam hati, ia menyadari jika ini adalah waktu yang tepat.  Ia pun menangis kegirangan saat melafalkan kata-kata tersebut melalui telepon.

"Saya telah membaca Shahadat dua kali lagi dan setiap momen itu perasaan syukur yang sama menguasai diri saya. Air mata kegembiraan mengalir di mataku. Hidup menjadi indah sejak saat itu," ujarnya.

Baca juga : Itikaf Nabi Muhammad Saat Ramadhancs

Ia pun merasa benar-benar diberkati selama tinggal di UEA. Momen tersebut adalah perkenalan pertamanya dengan Muslim dan menemukan jika mereka adalah orang paling baik yang pernah ia temui dalam hidup.

Haroun sedang mengunjungi keluarganya di AS saat bulan suci Ramadhan diumumkan. Ia pun menghabiskan hari pertamanya melaksanakan puasa di atas pesawat selama 22 jam, karena harus kembali ke UEA.

Ini merupakan pengorbanan pertamanya demi cinta kepada Allah SWT. Ia mengaku tidak ada paksaan untuk berpuasa di hari itu. Haroun mengaku rela melakukannya karena ia senang bisa berpuasa di hari pertama Ramadhan.

Haroun yang tinggal di Abu Dhabi ini telah berada di UEA selama lebih dari dua tahun. Dia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar tentang Islam selama bulan suci Ramadhan dan bagaimana cara sholat.

Ia mengaku sangat menyukai perasaan ketika berpuasa sebagai seorang Muslim. Merupakan suatu kehormatan dan hak istimewa baginya dapat melakukan ibadah ini karena cinta kepada Allah.

"Meskipun keluarga saya, istri dan dua anak saya yang tinggal di AS, belum masuk Islam, tapi saya ceritakan tentang agama saya. Saya berharap dan berdoa agar mereka juga dibimbing oleh panggilan spiritual yang serupa segera," kata dia.

Kepada semua Muslim, ia menitip pesan agar selalu mendukung dan membantu para mualaf untuk belajar tentang Allah dan Islam. Minggu pertama Ramadhan telah menjadi salah satu minggu terbaik dalam hidupnya.

"Saya tidak tahu bagaimana masa depan saya, tetapi saya tahu pasti bahwa kehidupan yang indah menanti saya," tambahnya. 

sumber : Khaleej Times
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement