REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Saat menempuh tahun pertama sekolah kedokteran di Marseille, Nadia ingat betul bagaimana perlakuan lingkungannya terhadap wanita Muslim yang mengenakan hijab. Raut wajah dokter yang dinilainya selalu berseri pada pasien, ia klaim sangat berbeda terhadap dirinya.
Menurut dia, pada 2017 ketika hendak melakukan pemeriksaan dan penimbangan ke dokter tersebut, berat badan Nadia dikurangi dua Kg. Nadia sadar, hal itu bukan karena timbangannya yang error, melainkan karena dokter tersebut selalu melirik pakaian tertutup Nadia dan pasmina yang dikenakannya.
"Biarkan rambut Anda bernapas, nanti bisa rontok karena memakainya sepanjang waktu,’’ ujar perawat lain kepada Nadia saat itu.
Tak sampai di sana, menjadi Muslim di Prancis, diakui Nadia selalu dinilai kapan pun dan dimana pun. Bahkan, saat mengunjungi pusat grosir, orang-orang diakuinya selalu menatap seakan terganggu oleh kehadirannya.
“Anak-anak kami tidak bisa berbicara tentang keyakinannya karena takut disebut teroris. Kami merasa tidak aman di sini. Kami tidak diperlakukan sebagai warga Prancis yang membayar pajak, tetapi sebagai hewan yang tak punya apa pun, " ucap Nadia, yang hanya bisa mengungkapkan nama depannya karena takut dilecehkan lebih lanjut.