Senin 12 Apr 2021 07:24 WIB

Masjid di Prancis Dirusak dengan Coretan Hina Nabi Muhammad

Pelaku vandalisme merusak masjid dengan coretan hina Nabi Muhammad.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Muhammad Hafil
Masjid di Prancis Dirusak dengan Coretan Hina Nabi Muhammad. Foto ilustrasiL Vandalisme di Masjid
Foto: loonwatch
Masjid di Prancis Dirusak dengan Coretan Hina Nabi Muhammad. Foto ilustrasiL Vandalisme di Masjid

REPUBLIKA.CO.ID, RENNES – Para pelaku vandalisme masjid merusak dinding masjid di Prancis barat dengan coretan Islamofobia. Pejabat setempat mengatakan insiden ini dilakukan dua hari sebelum Ramadhan pada Ahad (11/4).

Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengutuk insiden itu yang terjadi hanya beberapa hari setelah serangan terhadap masjid lain di Prancis barat. Para Muslim di Prancis menyebut permusuhan terhadap Muslim meningkat beberapa hari terakhir.

Baca Juga

Seorang pengurus dan anggota komunitas Muslim lokal di Kota Rennes menemukan grafiti pada Ahad pagi di dinding masjid dan pusat budaya Islam. Seruan yang dituliskan menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW. Menanggapi ini, kantor kejaksaan di Rennes tengah membuka penyelidikan.

Presiden dewan daerah Muslim setempat, Mohammed Zaidouni, mengutuk seruan tersebut. “Kami menghadapi kebencian, kekerasan, dan barbarisme,” kata Zaidouni kepada AFP.

Dilansir The National News, Senin (12/4), Darmanin mengunggah beberapa cicitan yang berisi pesan solidaritas pada Ahad. Dia mengatakan akan mengunjungi masjid beberapa hari lagi.

Wali Kota Rennes, Nathalie Appere, dan senatornya, Valerie Boyer, dari sayap kanan Partai Republik mengecam insiden tersebut. Di bagian barat Kota Nantes, pintu masjid dihancurkan oleh api pada Kamis (8/4) malam lalu. Kemudian pada Jumat (9/4), seorang neo-Nazi berumur 24 tahun didakwa karena membuat ancaman terhadap sebuah masjid di Le Mans dan di Prancis barat.

Baca juga : Keutamaan Membagikan Takjil dan Makanan Buka Puasa Ramadhan

Presiden National Observatory Against Islamophobia, Abdallah Zekri, mengecam apa yang dia sebut sebagai iklim anti-Islam di Prancis. “Sayangnya, pernyataan politisi tertentu hanya memperburuk keadaan,” kata Zekri. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement