Kedua: Biasa-Biasa Saja
Kelompok seperti ini adalah mereka yang tidak memiliki pengaruh sama sekali dengan datangnya bulan suci ramadhan. Datang atau tidaknya bulan ramadhan tidak mempengaruhi semangat dan kualitas ibadahnya.
Seharusnya seorang muslim hendaknya khawatir akan dirinya jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan. Mereka merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Hal ini bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak.
Sikap yang tidak pernah mau belajar atau mengganggap tidak perlu belajar tentang keutamaan dan keistimewaan yang terdapat dalam bulan ramadhan akan menjadi penyebab mereka bermalas- malasan dalam melakukan ibadah di bulan itu.
Jikapun mereka melakukan ibadah itupun hanya sekedar menggugurkan kewajiban saja, seperti dalam mengerjakan shalat wajib, dikerjakan di akhir waktu tanpa mau shalat berjamaah di mesjid dan juga dalam keadaan bermalas-malasan. Seperti yang dijelaskan di dalam Alquran.
tentang shalatnya orang munafik dalam ayat berikut ini:
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (QS. An Nisaa’: 142).
Padahal kita ketahui jika shalat yang dikerjakan dengan baik dan benar maka akan berpengaruh terhadap prilaku atau perbuatan yang lainnnya. Perbuatan keji (fahsya’) dan kemungkaran (munkar) akan terhindari dengan shalat yang baik.
Allah Subhanahu berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan munkar.” (QS Al Ankabut: 45)
Semoga kita dihindari dari kelompok seperti ini yang mereka tidak merasa gembira dengan datangnya ramadhan sehingga ibadah yang selama ini dilakukan dengan bermalas-malasan akan terus dilakukan walaupun mereka sedang berada di bulan ramadhan.