Menurut dia, masyarakat tidak menggunakan toilet sebagai tempat BAB karena mereka masih menganggap tidak butuh toilet. "Warga sebetulnya merasa tidak butuh toile karena sudah terbiasa BAB di mana saja, seperti di kebun dan sawah. Maka kami mendesain bagaimana lembaga zakat bisa berkontribusi menyelesaikan masalah ini," katanya.
Indah menjelaskan, LAZ Harfa menempatkan pendamping di desa yang perlu mendapat pendampingan. Pendamping desa tinggal di desa tersebut dan hanya boleh ke luar jika libur atau ada kepentingan mendesak. Desa yang dipilih untuk memperoleh pendampingan yakni berada di pelosok dan sulit mengakses fasilitas kesehatan, seperti desa-desa di Pandeglang dan Lebak.
"Ada 29 desa yang sudah dan sedang kita intervensi. Kekuatan kami adalah betul-betul mendampingi, jadi tidak hit and run. Jam berapa pun warga membutuhkan untuk bisa melakukan koordinasi, diskusi dan lainnya, pendamping desa kita siap mendampingi warga," ujarnya.
Indah mengakui, ketika ada lembaga sosial yang masuk ke desa, warganya lebih mengharapkan bantuan uang atau sembako. Namun, LAZ Harfa tidak ingin memberi bantuan seperti itu dan menggunakan cara sanitasi total berbasis masyarakat. Artinya, memicu masyarakat agar mengubah perilaku BAB sampai mereka membangun toilet sendiri.