Rabu 31 Mar 2021 08:10 WIB

Politik, Keadilan, Agama: Akar Kekerasan di Jawa?

Ada di Manakah penyebab kekerasan di Jawa?

Serdadu Belanda menangkapi para ulama dan haji yang dituduh sebagai biang pengobar pemberontakan Petani banten pada 1888.
Foto:

Republika.co.id:  Terkait dengan munculnya perlawanan terhadap kekuasa, maka apakah kemudian gerakan radikal apa terus berlangsung dari masa ke masa? Misalnya apakah gerakan ini mempengaruhi suasana perang yang dilakukan Pangeran Diponegoro?

Hermanu:  Ya akan terus berlangsung melintasi zaman selama ada bagian umat Islam yang termarginalkan. Teori mengatakan setiap episode akan muncul kelompok-kelompok itu. Kecuali ketika negara itu kuat dengan menggunakan kewenangan otoritarianismenya maka gerakan itu tidak akan muncul.

Namun, ketika negara ini sudah memilih menjadi negara yang demokrasi maka negara itu harus siap menghadapi kenyataan pahit ini. Nah sekarang, mindset yang dibangun negara terhadap warga negara itu tidak sesuai dengan harapan ketika dia membuka  ruang demokrasi. Dan di sini saya harus jujur mengakui sebenarnya  ruang demokrasi kita (Indonesia,red) belum siap.

Republika.co.id: Jadi sebenarnya dalam sejarah Jawa gerakan radikal itu memang ada dari sononya?

Hermanu: Ya ada. Memang begitu dan selalu terus menerus akan ada. Karena itu saya mengatakan,  sebenarnya wilayah Jogja-Solo dan sekitarnya (BNPT menyebut Jawa Tengah), yang dasarnya dari Solo itu adalah wilayah yang sangat radikal.

Kenapa kok begitu? Karena Syekh Siti Jenar, kelompoknya Syekh Siti Jenar itu dahulu tu berada di barat Solo, dan itu selalu dimainkan dalam konteks politik. Jadi kelompoknya Syekh Siti Jenar yang berada di barat Solo itu menjadi kekuatan untuk menguasai wilayah Jawa Tengah. Nah kemudian digunakan Sutan Hadiwijoyo (Sultan Pajang/Joko Tingkir, red)), dipakai kekuatan ini untuk bisa meraih kekuasaan-kekuasaan. ini permainan semua.

Dan yang menjadi persoalan sekarang apakah radikalisme ini mau dilestarikan sebagai bagian dari permainan, atau tidak? Itu yang harus kita pertanyakan kepada mereka, kepada beliau-beliau itu. Kalau ini bagian dari permainan mereka, jangan harap radikalisme itu akan berhenti."

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement