REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Filantropi, Aksi Cepat Tanggap (ACT) berencana membangun kembali shelter muslim Rohingya yang sempat mengalami musibah kebakaran di Bangladesh. Hal ini disampaikan oleh Presiden ACT, Ibnu Khajar.
"Pertama kita amat kaget di shelter terjadi kebakaran besar, korbannya besar. Ramadhan ini kita optimalkan kembali, komitmen kita, yang rutin kita bantu Palestina, Yaman, Uighur, Somalia, dan termasuk Rohingya. Ramadhan ini perhatian kita terhadap shelter kita lagi berdiskusi, ini ikhtiar kita," kata Ibnu pada Kamis (25/3).
Tim ACT disebut tengah melakukan diskusi terhadap pembangunan shelter pengungsi Rohingya di Bangladesh. Tim harus berkoordinasi dengan pemerintah Bangladesh jika ingin membangun shelter pengungsi Rohingya.
Ibnu mengatakan, pembahasan terkait pembangunan shelter termasuk terkait lokasi yang akan dibangun ke depan. Shelter yang dibangun juga harus memiliki desain dan bahan bangunan yang telah ditentukan pemerintah Bangladesh.
"Dahulu kami membangun 2.000 shelter bagi Rohingya. Perlu kordinasi mengetahui kehancurannya. Setelah itu ikhtiarkan pastikan bangun semua yang terbakar," ucap Ibnu.