REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kesalehan individual seseorang dapat dilihat dari ibadahnya, seperti shalat, puasa, dan juga menunaikan haji dan umrah. Namun output dari orang yang rajin beribadah adalah mereka enggan untuk mendekati hal-hal yang dilarang Allah, termasuk korupsi.
Cendikiawan Muslim Adlian Husaini menjelaskan, keimanan yang sempurna bukan hanya dilihat dari seberapa kerasnya seseorang melaksanakan ibadah individualnya namun tak nampak darinya akhlak mulia. Sebab, kata dia, wujud dari keimanan yang sempurna adalah dilihat dari akhlak mulia seseorang.
“Tidak korupsi, tidak malas, tidak ria, tidak menyakiti orang lain, inilah orang yang berakhlak. Kalau rajin umrah berkali-kali masih korupsi, itu artinya dia tidak berakhlak,” kata Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) itu saat dihubungi Republika, Selasa (9/3).
Dia mengaitkan esensi dari ajaran Islam adalah terciptanya akhlak yang mulia. Metode pendidikan Islam, kata dia, merupakan metode yang mencoba membangunkan karakter berakhlak.
Perkara akhlak, Rasulullah SAW pun bersabda: “Akmalul-mukminina imanan ahsanuhum khuluqan wa khiyaarukum, khiyarukum linisaa-ihim khuluqan,”. Yang artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik terhadap para istri (perempuan),”.