REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang saudara yang terjadi di Yaman hingga saat ini belum berakhir. Akibat dari perang tak berkesudahan ini, beragam bencana kemanusiaan melanda seluruh rakyat Yaman, termasuk kelaparan dam gizi buruk.
Untuk membantu meringankan beban mereka, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyerukan ormas Islam maupun lembaga filantropi Indonesia agar menggalang dana dan mengirimkan bantuan. Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT), Ibnu Khajar, menyebut pihaknya mengapresiasi imbauan tersebut.
"Program untuk Yaman ini masuk dalam lima program prioritas ACT, sejak pecahnya perang tahun 2015-2016. Palestina, Yaman, Suriah, Rohingya dan Uighur adalah lima negara prioritas yang secara reguler ACT mengirimkan bantuannya," kata Ibnu Khajar saat dihubungi Republika, Senin (8/3).
Dengan adanya seruan dari MUI ini, ia mengaku merasa senang karena hal tersebut menunjukkan kepedulian dari MUI. Namun, hal ini disebut sedikit terlambat.
Perang yang terjadi di Yaman telah berlangsung hampir enam tahun yang lalu. Sejak awal, kondisi dan situasi sejak perang berlangsung sangat mengenaskan dan memprihatinkan. Status gizi buruk di Yaman disebut sudah sangat massif.
Meski menjadi program prioritas, Ibnu Khajar mengaku tidak segampang itu dalam mendistribusikan bantuan ke lokasi perang. Ada beberapa titik yang masih sangat sensitif dan susah untuk ditembus.
"Namun, dalam kondisi emergency bantuan pangan ACT masih terus berjalan sampai sekarang. ACT terus berikhtiar masuk ke dalam memberikan bantuan, meskipun belum bisa dalam skala besar dan terbuka. Waktu itu isunya masih sangat sensitif," lanjutnya.
Saat pertama kali berusaha masuk dan memberikan bantuan, ia menyebut ACT mengalami kesulitan. Namun, pihaknya tetap berusaha mendampingi rakyat Yaman yang berada di kamp pengungsian, utamanya ibu-ibu dan anak-anak.
Selama dua tahun terakhir, kampanye ACT melalui media sosial maupun platform penggalangan dana disebut berjalan dengan massif untuk program di Yaman, khususnya menyoroti permasalahan gizi buruk. Kondisi gizi buruk di Yaman disebut melebihi potret kondisi di negara lain.
Tak hanya memberikan bantuan pangan, ACT juga bergerak untuk memberikan bantuan berupa pakaian hangat. Tempat tinggal yang tidak layak, tenda pengungsian banyak rusak, membuat mereka sangat membutuhkan pakaian hangat.
"Fokus ketiga kita adalah bantuan medis. Bantuan medis memang sangat terbatas, tim juga terbatas, karena suasana masih konflik perang dan kita tidak bisa secara terbuka membawa bantuan seperti lokasi lain," kata Ibnu Khajar.
Dengan adanya imbauan dari MUI ini, ia berharap setelah ini tidak ada lagi kecurigaan atau ketakutan dari banyak pihak atas bantuan yang diberikan. Dukungan bantuan bagi Yaman disebut sebelumnya juga pernah digaungkan oleh Presiden Persatuan Ulama Muslim Sedunia, Yusuf al-Qaradawi.