Desa Tangguh Pesisir ini mulai dibentuk sejak 2020 yang diawali dengan pembentukan kelompok tani
mangrove, bersih pantai, pelatihan pengelolaan mangrove, hingga pengenalan PPGD. Dan di tahun ini,
kegiatan difokuskan pada perbaikan lahan mangrove, pembibitan kepiting bakau, serta pelatihan PPGD.
“Rencana selanjutnya adalah selain terbentuknya kelompok tani Tangguh bencana, masyarakat sekitar
Desa Tangguh Pesisir ini dapat mengelola mangrove menjadi makanan seperti brownis. Jadi desa ini
tidak hanya akan dikenal dengan lokasi wisata magrovenya tapi juga kulinernya,” tutur Nur Efendi.
Program Desa Tangguh Pesisir ini akan diduplikasi di berbagai wilayah pesisir sehingga akan lebih banyak komunitas masyarakat yang memiliki kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana, sekaligus memberdayakan masyarakatnya. “InsyaAllah program DTP ini turut mendukung SDGs untuk poin 1 terkait penurunan angka kemiskinan dan 14 tentang pelestarian lingkungan di bawah laut dan
sekitarnya. Kami sangat terbuka untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak agar program ini
dapat diduplikasi di berbagai lokasi di Indonesia,” ungkap Nur Efendi.
Program Desa Tangguh Pesisir ini mendapat apresisasi dan dukungan penuh dari Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB). Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan menyatakan
Desa Tangguh Pesisir ini sejalan dengan program yang dilakukan pemerintah dalam program mitigasi
bencana. "Konservasi mangrove Desa Tangguh Pesisir yang dikelola Rumah Zakat ini setara dengan program pemerintah. Kita akan bawa program ini dalam rapat Deputi untuk dijadikan program, percontohan di tingkat nasional," ujarnya.