REPUBLIKA.CO.ID, “Kalau kita benar-benar mempunyai maksud untuk memperbaiki masyarakat kita, maka hendaknya janganlah kita sembunyi-sembunyikan keadaan yang sebenarnya, sehingga kita dapat dengan jelas mengetahui kelemahan kita, dan kita dapat memperkuatnya”.
KH Faried Ma’ruf, adalah putra Kauman, Yogyakarta lahir 25 Maret 1908. Pada 1933 dia telah duduk sebagai anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai 1969.
Berbagai jabatan pernah dia sandang. Pada sidang Majelis Tanwir Muhammadiyah tahun 1958 di Yogyakarta, dalam pidatonya KH Faried Ma’ruf menyoroti kondisi umat Islam saat itu. KH Faried Ma’ruf mengatakan, masyarakat Indonesia ini setelah mendapatkan kemerdekaan politik, yang semula mendapat nama baik, tetapi bertambah lama bukan bertambah baik, bahkan bertambah buruk namanya.
Penderitaan hidup bagi rakyat umumnya, bertambah berat dirasakan. Kalau ada yang merasakan kenikmatan hidup, maka itu hanya satu dua orang saja. Kehidupan bertambah suram dan menyedihkan, sedangkan akhlak semakin bertambah merosot, meskipun harus diakui bahwa rakyat pada umumnya bertambah kritis.
Bagi masyarakat sekarang ini sudah bukan rahasia lagi tentang merajalelanya korupsi dalam segala lapangan, kericuhan, perampokan, pencurian dan sebagainya bertambah meluas, penegak keadilan kian hari kian bertambah lemah, sedangkan majalah porno telah menjadi kegemaran orang banyak. Pelacuran dikalangan pemuda-pemuda dan para terpelajar bertambah menjadi-jadi.
Kegemaran hidup bermewah-mewah bertambah menyolok dalam kalangan para pemimpin dan para pedagang pada umumnya, dan yang sangat menyedihkan ialah bahwa rasa menjauhkan diri dari ajaran-ajaran agama bertambah merata. Kesemuanya itu kini telah nampak, meskipun tidak usah kita berusaha melihatnya.