REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rais Aam Pengurus Besar Nadhlatul Ulama (PBNU), KH Miftakhul Akhyar mengungkapkan bahwa Syaikhona Kholil Bangkalan layak untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Karena, menurut dia, Syaikhona Kholil telah berjasa dalam proses berdirinya Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU).
Di kalangan warga Nahdliyyin memang dikenal adanya tiga kiai serangkai yang berjuang mendirikan NU, yaitu KH Hasyim Asy'ari, KH Abdul Wahab Chasbullah, dan KH Bisri Syansuri. Namun, menurut Kiai Miftakhul Akhyar, berdirinya NU tersebut terinspirasi dari Syaikhonan Kholil, sehingga NU dalam perjalannya bisa berkontribusi untuk bangsa ini.
“Semua itu juga terinspirasi daripada Syaikhona Kholil bin Abdul Lathif al-Bangkalani. Beliau lah yang mengangan-angan lahirlah sebuah embrio lahirnya jamiyah Nahdlatul ulama. Layak beliau mendapat gelar pahlawan nasional,” ujar Kiai Miftakh dalam sambutannya di acara puncak Hari Lahir Nahdlatul Ulama yang ke-98 versi tahun Hijriyah yang digelar secara virtual, Sabtu (27/2).
“Bukan hanya layak saya kira. Bagi yang memiliki kebijakan, ada rasa kewajiban memberi gelar beliau sebagai pahlawan nasional,” imbuhnya.
Syaikhona Kholil sendiri sudah diusulkan sebagai pahlawan nasional sejak 2018. Bahkan, usulan tersebut sudah disetujui oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa. Namun, proses pemberian gelar pahlawan nasional kepada Syaikhona Kholil sampai saat ini belum terlaksana lantaran adanya tahapan yang belum selesai.
Syaikhona Kholil Bangkalan merupakan salah satu guru para kiai se-Jawa, dan bahkan seluruh Indonesia. Banyak santri-santrinya yang kemudian menjadi ulama, di antaranya adalah KH Hasyim Asy’ari pendiri NU dan KH Ahmad Dahlan pendiri Muhamamdiyah.
Syaikhona Kholil sangat luar biasa mengemban amanah sebagai seorang ulama atau guru. Dedikasinya itu pun membuahkan hasil yang sangat baik. Beberapa santrinya bisa tampil menjadi ulama panutan yang berpengaruh di tengah-tengah masyarakat.
Dalam proses pendirian NU sendiri, peran Syaikhonan Kholil telah diceritakan oleh salah satu santrinya yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, KHR As’ad Syamsul Arifin. Kiai As’ad sendiri telah mendapatkan gelar pahlawan sejak 2016 lalu.
Diceritakan bahwa suatu ketika Kiai As’ad dipanggil oleh gurunya tersebut. Kemudian, As’ad diperintah untuk memberikan seutas tasbih kepada Kiai Hasyim As’ari. Saat membawa tasbih tersebut, Kiai Kholil juga meminta As'ad untuk mengamalkan sebuah wirid Ya Jabbar, Ya Qahhar selama perjalannya dari Bangkalan ke Tebuireng, Jombang.
"Kiai, saya diutus oleh Kiai Kholil untuk menyampaikan tasbih ini," ucap As'ad saat bertemu Kiai Hasyim sambil menunjukkan tasbih yang dikalungkan di lehernya.
Setelah menerima tasbih tersebut, akhirnya Kiai Hasyim pun benar-benar mantap untuk mendirikan NU. Kiai Hasyim menangkap isyarat bahwa Kiai Kholil sebagai gurunya tidak keberatan jika ia dan sahabat-sahabatnya mendirikan oraganisasi yang kini telah berusia 98 tahun tersebut.