REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin kembali menyingung agar masjid menjadi tempat umat Islam mengembangkan dan memperkuat cara berpikir wasathy atau moderat dan dinamis. Hal itu disampaikan Wapres saat menghadiri secara virtual peringatan Milad Masjid Istiqlal ke-43, Senin (22/2).
Wapres berharap masjid berperan sebagai wadah untuk melestarikan cara berfikir sebagaimana diajarkan Rasulullah, moderat, dinamis dan tidak ekstrem. "Tempat yang paling baik untuk melakukan penguatan cara berfikir wasathy tersebut adalah masjid, karena tidak ada umat Islam yang lepas dari pengaruh masjid," kata Ma'ruf dalam sambutannya yang disiarkan daring, Senin (22/2) malam.
Ma'ruf berharap momentum ulang tahun Masjid Istiqlal dimaknai dengan melihat kembali mengenai peran Masjid dalam peradaban Islam. Ma'ruf meyakini, penerapan cara berpikir moderat, dinamis, tidak ekstrem dan tidak liberal akan memajukan peradaban Islam yang pernah menjadi peradaban dunia pada masa lalu.
Sehingga dalam jangka panjang, melalui masjid, umat dapat membangun kembali peradaban Islam dan menjadikan umat Islam sebagai umat terbaik. Apalagi, sepanjang sejarahnya, umat Islam tidak dapat dipisahkan dari Masjid.
Sebab, bagi umat Islam, fungsi Masjid tidak terbatas sebagai tempat ibadah atau ritual keagamaan lainnya, akan tetapi juga menjadi simbol dan identitas umat Islam yang turut mewarnai dimensi sosial, ekonomi dan bahkan politik.
"Dalam sejarah panjang Masjid senantiasa berada di jantung komunitas, berperan dalam aktivitas keseharian dan aktivitas untuk membangun pemikiran dan budaya masyarakat. Masjid berfungsi tidak saja sebagai institusi spiritual tetapi jauh lebih daripada itu," katanya.
Masjid juga, kata Ma'ruf, merupakan institusi pendidikan, sosial, pemerintahan, dan bahkan administrasi. Bahkan, peran Masjid sudah ada jauh dari zaman Rasulullah Muhammad SAW sampai peradaban modern.
Ia menjelaskan, Rasulullah SAW telah berhasil menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan spritual, pemikiran, aktivitas kemasyarakatan yang selanjutnya membentuk budaya dan peradaban yaitu melalui masjid Nabawi. Begitu juga banyak literatur yang membahas mengenai peran Masjid dalam peradaban, seperti Masjid Sheikh Lutfillah di Isfahan Iran, yang dibangun selama 16 tahun dari 1603 hingga 1619 merupakan sebuah contoh representasi dari peradaban Islam di Persia.
"Karenanya, peran terpenting masjid adalah sebagai wadah untuk melestarikan cara berfikir sebagaimana diajarkan Rasulullah," katanya.
Ma'ruf mengatakan cara berpikir adalah kunci utama dari maju mundurnya sebuah peradaban. Ia menilai, salah satu hambatan dalam perkembangan peradaban saat ini antara lain adalah cara berpikir sempit dan tidak terbuka terhadap perubahan.
Karenanya, cara berfikir yang harus dikembangkan untuk memajukan peradaban Islam yakni dengan berfikir yang moderat, dinamis, namun tetap dalam koridor manhaji dan tidak ekstrim. "Penguatan cara berfikir wasathy harus secara istiqamah terus dilakukan agar umat Islam dan para tokohnya tetap dalam cara berfikir dan bertindak yang wasathy. Tempat yang paling baik untuk melakukan penguatan cara berfikir wasathy tersebut adalah masjid," ungkapnya.