Senin 15 Feb 2021 16:35 WIB

Meski Bukan Mayoritas, Mengapa Islam Kental di Nigeria?

Islam di Nigeria sangat kental meski populasi Muslim bukan mayoritas

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Nashih Nashrullah
Islam di Nigeria sangat kental meski populasi Muslim bukan mayoritas. Ilustrasi Muslim Nigeria.
Foto:

Cole menyebut orang-orang utara tersebut dituduh mengimpor jutaan Muslim Fulani dari Burkina Faso ke Nigeria, bersenjata lengkap untuk mendukung Utara: ada ledakan teori konspirasi yang dimulai jauh sebelum Usman Dan Fodio dan jihadnya, yang berpuncak pada saat para konspitorialis bersikeras, di pengkhianatan Inggris dalam penggabungan Nigeria Utara dan Selatan pada 1914 di bawah Lord Lugard sehingga elemen dan program Islam dapat terus berlanjut.

“Setiap masalah yang sekarang muncul di Nigeria dilihat dari sudut pandang Islam, dimana agama telah memasuki politik, konstitusi, dan lembaga politik Nigeria,” sambungnya.

Dia menggambarkan Arab, orang maupun budayanya sebagai suatu kekuatan dominan, dimana saat negara lain masih rentan serangan dan harus terus berjuang mempertahankan wilayah atau sekedar bertahan di tengah kesengsaraan, mereka justru dapat hidup makmur. Orang Arab dalam bahasa fonetik, menggambarkan diri mereka sebagai 'Tikus dengan Gigi Besi'. 

“Hewan pengerat dengan gigi besi dengan simbol ‘Arab’ yang melekat padanya, awalnya digambarkan sebagai tentara bayaran, kemudian sebagai perantara kekuasaan, bermetamorfosis menjadi perebut kekuasaan. Bahkan kemudian orang-orang Arab terus menunjukkan "pergerakan dinamis" yang melekat pada mereka, sebuah ciri utama yang bahkan terus dimainkan hingga hari ini. Jika bagi manusia umum, hidup adalah sebuah perjalanan, maka bagi orang Arab, hidup adalah jalannya,” jelas Cole.

Mobilitas selalu menjadi topik tersendiri dalam sejarah Arab dan dinubuatkan seperti itu. Sindrom mobilitas ini memanifestasikan dirinya sejak 1950-an dan 1960-an di Zeitgeist yang sekarang dikenal sebagai Arab Spring. Selain memiliki kecakapan mobilitas tinggi, orang Arab juga diberkasi dengan bahasa yang memiliki makna dalam dan sulit dikuasai. Bahasa inilah yang mempersatukan suku mereka, membentuk solidaritas, dan mempercepat penyebaran Islam.

“Legitimasi Arab tertanam dalam bahasa mereka, terutama dalam kendali mereka, bukan pada institusi tetapi retorika bahasa mereka. Jadi pada saat Alquran keluar, itu bukan hanya Kitab Suci Islam, itu juga teks pendiri Arab seperti yang kita kenal dengan semua bobot historis Pentateuch, Magna Carta, dan Deklarasi Kemerdekaan, semua bergulir menjadi satu,” ujar Cole.

Sumber: guardian

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement