REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Program Nasional Dewan Masjid Indonesia (DMI) Munawar Fuad mengatakan sangat mengapresiasi inisiatif Tim Relawan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Masjid Jogokariyan adalah satu dari sekian banyak masjid di bawah naungan DMI yang sudah sejak lama menjalankan program tanggap bencana.
“Kita sangat mengapresiasi masjid-masjid yang melaksanakan program tanggap bencana. Sebenarnya, program ini sudah menjadi program nasional DMI dan sudah berjalan sejak 8 tahun terakhir,” kata Fuad saat dihubungi Republika, Selasa (9/2).
“Jadi Masjid Jogokariyan itu hanya satu dari 850 ribu masjid yang sudah melakukan program serupa, tapi memang tidak terpublikasi saja,” sambungnya.
Program tanggap bencana ini, kata Fuad tergolong dalam 10 program prioritas DMI Pusat, bidang sosial kemanusiaan memakmurkan-dimakmurkan masjid. Program ini sudah terbentuk lama, bahkan sebelum masa pandemi dan telah dilaksanakan di masjid-masjid seluruh Indonesia, jelasnya.
“Misalnya seperti bencana di Palu, Lombok, atau daerah lainnya, di sana DMI membangun masjid yang tahan gempa. Jadi bukan hanya membentuk melaksanakan program masjid tanggap bencana, tapi kami juga membangun masjid yang tahan bencana khususnya gempa,” ujarnya menambahkan.
Bukan hanya didaerah yang rawan gempa, masjid-masjid di ibu kota juga sudah banyak yang memiliki program serupa, salah satunya Masjid Darussalam Kota Wisata, Kabupaten Bogor. Masjid tersebut sudah sejak lama menjalankan program tanggal bencana, bukan hanya di dalam negeri, namun juga mancanegara.
“Mereka bahkan punya tenaga medis, sumber penggalangan dana umat, dan jumlahnya bukan hanya jutaan tapi miliaran. Tapi memang masih minim publikasi,” ujar Fuad. Menurutnya, kini kesadaran DKM untuk menjalankan program tanggap bencana sudah semakin meningkat, mengingat peran masjid yang luar biasa bagi masyarakat.
DMI, kata dia, juga akan terus mendorong seluruh DKM untuk memaksimalkan peran masjid sebagai pusat penyelamatan umat, bukan hanya Muslim tapi masyarakat umum. “Jadi kesadaran dan peran masjid itu semakin meningkat dari tahun ke tahun dan mereka (DKM) lebih banyak bekerja secara sukarela dan ketika terjadi bencana, DKM sudah biasa menjadi front liner,” ujarnya.
Masjid itu adalah lembaga filantropi islam yang paling aktif dan siap menyimpan mengelola dana dan membantu masyarakat tanpa diminta dan independen, kata Fuad. Mereka hadir lebih dekat dengan masyarakat ketimbang lembaga pemerintah, sambungnya.
“Artinya DMI telah dan akan terus mendorong peran dari setiap masjid dan DMI sejak awal sudah punya program masjid tanggap bencana. Kami juga dilengkapi dengan lebih dari 150 mobil operasional untuk dimanfaatkan saat penanggulangan bencana. Jadi peran DMI sangat luar biasa di berbagai tempat,” pungkasnya.