Musuh terbesar dunia pers saat ini, ungkap Haedar, khusuanya pers online melalui jalur media sosial, ialah para buzzer yang nirtanggungjawab kebangsaan yang cerdas dan berkeadaban mulia. “Hal itu agar kehidupan berbangsa dan bernegara tidak terbawa pada suasana yang kontroversial menjurus ke konflik sosial antarsesama anak bangsa,” katanya.
Di hari pers nasional ini, Haedar menyebut pers Indonesia secara khusus dalam dinamika politik kebangsaan saat ini penting menjalankan fungsi check and balances sebagaimana menjadi DNA media massa sepanjang sejarah di negeri manapun.
“Jangan biarkan dunia kebangsaan dan kenegaraan di tanah air tercinta timpang tanpa fungsi kritis pers yang konstruktif demi masa depan Indonesia yang demokratis dan berkemajuan. Pers dituntut proaktif mengaksekerasi dinamika kehidupan kebangsaa agar Indonesia menjadi negara maju di era dunia modern abad ke-21,” ujar Haedar.