Selasa 09 Feb 2021 08:45 WIB

Islam di Nusantara, 1.300 tahun Lalu Pakai Dinar dan Dirham

1.300 tahun lalu dinar-dirham dipakai untuk transaksi di Desa Jago-Jago Sumut.

Koin kuno dinar di era kekhalifahan Islam.
Foto:

Balai Arkeologi (Balar) Sumatra Utara bekerja sama dengan PT Media Literasi Nesia/Islam Today Jakarta, sejak 18 Januari 2021 sampai hari ini (30 Januari 2021) sedang melakukan eskavasi di situs temuan baru yang luar biasa ini.

Koin Emas Era Umayyah Dan Abbasiyah Ditemukan Di Situs Bongal

Keterangan foto: Situs Bongal-Panorama Kawasan Situs Bongal Desa Jago,Jago, Badiri, Tapanuli Tengah, tampak dikelilingi hutan nipah, Selasa (26/1/2021). Foto: Tori Nuariza/Islam Today.

Sekalipun berjarak tidak terlalu jauh dari Barus, tapi situs ini dipastikan jauh lebih tua dibanding Barus. Di Barus tidak ditemukan koin dinar-dirham dinasti Umayyah dan Abassiah yang ratusan ditemukan di kampung kecil ini. 

Papan pecahan kapal dan permukiman kuno dari situs ini sudah diteliti di laboratorium di Amerika oleh Balar Sumut dengan hasil akurat, terbukti kayunya merupakan jejak peradaban kuno berasal dari abad ke-7 Masehi.

Bukan hanya ditemukan dinar dan dirham di situs spektakuler ini, bahkan alat ukur satuan dinar dan dirham dari Timur Tengah bernama Ukiyyah juga ditemukan. Jadi, ada semacam lembaga keuangan kuno yang mengontrol sistem moneter yang berlangsung di sini. 

Penemuan situs yang memenuhi syarat ditetapkan sebagai cagar budaya nasional, bahkan level internasional ini tak lama lagi akan memasuki penulisan baru historiografi Indonesia, khususnya era masuknya peradaban Islam di Indonesia.

Sebuah buku baru berjudul Sejarah Islam di Nusantara, tulisan sejarahwan autodidak Abu Bakar Bamuzaham yang berisi temuan Islam situs Bongal ini segera akan diluncurkan.

Abu Bakar sendiri awalnya seorang jurnalis. Dia adalah direktur lembaga yang mendanai eskavasi Balar ini. 

Situs ini menguatkan hipotesis seminar pertama masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada 1963, "Islam masuk sejak abad pertama di Indonesia". Tempatnya, buktinya belum jelas waktu itu. 

Kini, Desa Jago Jago dengan ratusan temuan dinar dan dirhamnya dari abad 7-8 Masehi membuat sejarah akan terperangah. Apalagi, mulai ada tanda-tanda diduga jejak Kristen Nestorian kuno abad 7, artefaknya mulai ditemukan juga di sini.

Di tengah hutan rawa berlumpur, di tepi lobang gali tambang emas tradisional situs Bongal ini, saya, Agustus 2020 yang lalu, terduduk gusar menatap puluhan warga mendulang emas di sela-sela runtuhan tiang permukiman kuno abad ke-7 Masehi.

Dari tepi kotak galian penambang emas itu saya merenung dan kemudian jelas sia-sia, tak menemukan nama Bongal, Jago-Jago, Badiri, dalam literatur kuno mana pun.

Seperti saya paparkan dalam FGD Islam dan jalur rempah di UINSU (22 Desember 2020), dalam peta  jalur pelayaran kuno yang saya selidiki, tempat ini tidak terdeteksi. Peta Belanda yang rajin jelajah situs pun kosong tak mencatat tempat ini. Sebuah kota kuno dunia yang tidak terdapat pada peta manapun. 

Jadi, apa nama tempat ini dulu?

Tunggulah, sejarah selalu harus ditulis ulang berdasar temuan-temuan terbaru. 

------

*Dr. Phil. Ichwan Azhari adalah seorang sejarawan, pengajar, dan ahli filologi Indonesia. Ia merupakan Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Medan, Sumatra Utara. Ichwan Azhari juga dipercaya sebagai Ketua Asosiasi Museum Indonesia Sumatra Utara. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement