Senin 08 Feb 2021 13:55 WIB

Kerja Keras Perspektif Islam

Hakikat hidup di dunia adalah perjuangan dan kerja keras.

Kerja Keras Perspektif Islam.
Foto:

Bahkan, dengan bekerja keras akan menjadikan seseorang terhormat sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada satu makanan pun yang dimakan seseorang yang lebih baik daripada makanan hasil usahanya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Nasa’i).

Sayangnya, tidak setiap muslim memiliki etos kerja keras. Sekadar contoh, untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah di masjid tampak begitu berat, terlebih harus bangun malam untuk qiyamul lail. Juga masih banyak dari kalangan muslim yang terjebak dalam kemacetan berfikir dalam menggunakan potensi waktu yang dimiliki.

Ini bertentangan dengan karakter Rasulullah SAW yang notabene adalah seorang pemegang amanah yang sangat kuat. Beliau seorang pemimpin negara, kepala rumah tangga, konsultan atas persoalan umat, pengusaha, dan lain-lain. Semua amanah tersebut mustahil teratasi tanpa ditopang etos kerja yang tinggi.

Seseorang yang memiliki etos kerja keras niscaya menyadari betapa mahalnya waktu, sehingga ia akan berlomba mengisinya dengan kebajikan. Sebaliknya, seorang pemalas akan melewati waktu-waktu yang dilaluinya dengan sia-sia atau setidaknya suka menunda-nunda pekerjaan. Dan seorang muslim tidaklah patut menunda pekerjaannya hingga esok sepanjang bisa dilakukannya hari ini.

Banyaknya di antara umat Islam yang masih menampakkan sikap bermalas-malasan, kurang disipin, dan semangat kerja yang rendah, merupakan karakter yang tidak serasi dengan ajaran Islam. Sebab Islam selalu memberikan motivasi dalam beribadah, bekerja, serta menghargai setiap kesempatan.

-----

Ahmad Fatoni, Dosen PBA FAI Universitas Muhammadiyah Malang

Sumber: Majalah SM Edisi 23 Tahun 2017

Lihat artikel asli

sumber : Suara Muhammadiyah
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement