William Warda, pendiri Hammurabi, sebuah Lembaga Swadya Masyarakat (LSM) yang bekerja untuk meningkatkan hak-hak minoritas di Irak mengatakan kepada Aljazirah, para Yazidi masih takut pulang ke Sinjar. “Strategi pemerintah adalah menutup kamp pengungsi dan mendorong masyarakat kembali ke tanah air. Tapi tetap saja situasi, terutama di Sinjar, tidak aman,” kata Warda.
Genosida
ISIS menguasai beberapa bagian Irak utara dari 2014 hingga 2017. Kelompok bersenjata itu tidak mentoleransi agama lain dan mencoba memusnahkan Yazidi, minoritas agama dengan keyakinan yang berbeda dengan umat Muslim dan Kristen di wilayah tersebut.
Mereka menghancurkan desa dan situs keagamaan. Mereka menembak warga setempat dan menculik ribuan wanita serta anak-anak.
Mereka juga memperdagangkan para wanita dan anak-anak. Banyak anak yang dibesarkan oleh ISIS dan diyakini masih tinggal di kamp-kamp di Suriah.
Ratusan ribu Yazidi hidup dalam pengungsian sementara kontrol dan administrasi wilayah Sinjar tetap diperdebatkan di antara politikus Irak. Sinjar yang terletak di provinsi Nineveh barat laut Irak dan dekat perbatasan dengan Suriah sebagian besar masih kosong. PBB menyebut serangan terhadap komunitas Yazidi di Irak sebagai tindakan genosida.
https://www.aljazeera.com/news/2021/2/7/remains-of-104-yazidis-killed-by-isil-laid-to-rest-in-iraq