Di sisi lain, Managing Director Pharmaniaga Group, Datuk Zulkarnain Md Eusope, mengatakan Pharmaniaga telah meneliti kandungan, formula, dan cara pembuatan vaksin tersebut. Mereka meyakini Sinovac halal untuk digunakan sebagaimana dinyatakan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Ia juga mengharapkan vaksin Sinovas ini disetujui oleh National Pharmaceutical Regulatory Division (NPRA) pada akhir bulan ini atau awal Maret, sebelum didistribusikan pada April 2021. "Sesuai kesepakatan, Pharmaniaga akan memasok 12 juta dosis vaksin ini. Pada bulan pertama, kami akan memasok satu juta dosis diikuti dua juta dosis pada bulan berikutnya untuk disalurkan oleh pemerintah," ujarnya.
Perihal apakah Pharmaniaga akan menjual vaksin itu ke swasta, terutama ke industri untuk digunakan tenaga kerja asingnya, Zulkarnain mengatakan hal itu sudah dibahas dengan pemerintah. Saat ini, ia sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah untuk menjual Sinovac.
Setelah memasok 12 juta dosis vaksin, Pharmaniaga masih akan mendapat suplai dua juta dosis lagi. Meski demikian, pemerintah telah meminta agar vaksin tersebut diberikan kepada perusahaan terkait pemerintah (GLC) yang merupakan 'garis depan ekonomi', serta pekerja asing dan ekspatriat.
"Pharmaniaga juga sedang mengumpulkan informasi tentang hal itu. Setelah selesai, kami akan merundingkan bagaimana skema pembagian akan dilakukan. Namun, pendistribusian vaksin untuk warga Malaysia menjadi prioritas kami saat ini," kata dia.
Pada 12 Januari, Pharmaniaga menandatangani perjanjian dengan Sinovac untuk memasok 14 juta dosis vaksin Covid-19. Proses pembotolannya akan dilakukan di sebuah pabrik teknologi tinggi di Puchong, Selangor. Setelahnya, pada 26 Januari, Pharmaniaga kembali menandatangani kesepakatan untuk memasok 12 juta dosis vaksin Sinovac ke Kementerian Kesehatan Malaysia.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
