Selasa 02 Feb 2021 05:45 WIB

Margareta, Mualaf yang Berislam dengan Dukungan Keluarga

Margareta adalah salah satu mualaf yang mendapat dukungan keluarga.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Margareta Wiyanda Handoyo bersama suami
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perempuan bernama lengkap Margareta Wiyanda Handoyo saat ini masih berusaha untuk memperdalam Islam, salah satunya belajar mengaji.  

Ibu dari dua putrinya yang kembar ini belum lama memeluk Islam. Sejak kecil hingga dewasa, Margareta memang seorang Nasrani.

Bahkan, perempuan 20 tahun ini memiliki orang tua yang sangat fanatik dan tidak membiarkan anak-anaknya mempelajari agama lain. Aga, begitu sapaannya, diwanti-wanti untuk tidak pernah berpindah agama.

Tidak pernah tebersit bagi wanita asal Pekalongan ini untuk menganut Islam. Namun, tidak ada yang tahu hidayah dari Allah SWT akan sampai kepada siapa. 

Hidayah itu datang melalui seorang pria yang baru dikenalnya. Seperti dirinya, pria ini berdarah Tionghoa. 

Aga yang sejak kecil bersekolah di sekolah swasta hampir tidak pernah berteman dengan Muslim. Jika ada, hanya kenal, begitu juga dengan pria yang dipertemukan temannya pada 2016 itu. 

Seperti biasa, saat berteman dengan pria bernama Jati Pratama ini, Aga tak pernah bertanya tentang agama. Dia berpikir, karena sama-sama chinese biasanya agama dan adatnya sama. Saat itu, ia pun bertemu di sebuah acara keluarga Tionghoa.

Setelah berkenalan dua bulan, pria tersebut ingin bertemu kedua orang tuanya karena bermaksud serius mengajak Aga menikah. Hingga saat itu, keduanya belum membahas agama satu sama lain. 

"Saya tidak curiga karena kenal orang tua Mas Jati. Papahnya menggunakan nama Mandarin," ujar dia sebagaimana dikutip dari arsip //Harian Republika//.

Baru setelah empat bulan kemudian Jati menjelaskan bahwa dia seorang Muslim sejak lahir. Aga terkejut, tapi dia tidak marah ataupun memutuskan hubungan.    

Justru, saat itu, dia malah memiliki rasa ingin tahu tentang agama Islam. Aga ingin mengetahui calon suami dan keluarganya yang Tionghoa bisa menjadi Muslim yang taat, berbeda dengan keluarga lain yang biasanya menganut agama non-Islam. 

Meski mereka menjalin hubungan, mereka jarang bertemu karena Aga berkuliah di Jakarta dan calon suaminya bekerja di Pekalongan. Meski calon suaminya ingin menikahi dia, Jati tidak memaksanya untuk memeluk Islam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement