REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.
Pagi ini entah mengapa perasaan ini menjadi lega sekali. Apa sebabnya? Jawabnya karena budayawan Jaya Suprana (Pak Jaya, panggilan akrabnya) bersedia mengizinkan tulisannya di muat di Republika.co.id.
Saya memang sangat mengenal Pak Jaya meski sekali bertemu secara tatap muka dalam sebuah saresehan di hotel Indonesia zaman dahulu. Pokoknya sudah lama. Kira-kira saat Gus Dur jadi presiden.
Nah, setelah itu saya belum pernah ketemu. Saya hanya ikuti kiprahnya dalam talkshow di televisi, podcastnya, hingga tulisannya yang tersebar di berbagai media massa. Tapi kepiawaian musik Pak Jaya dalam memainkan musik terutama piano kerap saya nikmati dan sebagai pelepas penat. Jari-jari Pak Jaya begitu trampil memainkan tuts piano lagu legendaris komposer Ismail Marzuki hingga lagu Jawa Ki Narto Sabdo.
Nah, pada pagi ini saya telepon beliau. Kebetulan kami satu WA Grup di perkumpulan penulis 'Satu Pena' yang dipimpin abang DR Nasir Tamara. Luar biasanya dia sambut permintaan saya.
'' Siap satu kehormatan bagi saya. Saya akan tulis soal-soal yang terkait dengan Islam,'' katanya.
Saya menjawabnya, "Terima kasih bapak. Silahkan tulis apa saja,'' jawab saya.
Pak Jaya yang juga bos 'Jamu Jago' jelas sangat mumpuni dan jenius dalam banyak bidang kajian. Dia menyelesaikan pendidikannya di Californa Miramar University dan Musikhochsheule Munster.
Selain itu Pak Jaya sering membicarakan berbagai soal lain yang unik. Misalnya, masalah yang dia sebut ilmu kelimorogi. Yakni, ilmu yang membahas mengenai hal-hal yang keliru tapi menjadi lazim di dunia ini.
Pokoknya Pak Jaya adalah yang sangat menarik. Dalam tulisan ini saya sertakan tulisan dia mengenai seluk beluk baitul hikmah. Tulisan ini ada pada serial lanjut tulisan berikut ini.