Kamis 28 Jan 2021 05:00 WIB

Lima Fakta di Balik Tingginya Populasi Muslim di Eropa

Terdapat lima fakta di balik tingginya angka umat Islam di Eropa.

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Nashih Nashrullah
Terdapat lima fakta di balik tingginya angka umat Islam di Eropa. Gereja Martha Lutheran di Berlin, Jerman menjadi lokasi sholat Jumat umat Muslim karena keterbatasan ruang di masjid imbas Covid-19, Jumat (22/5).
Foto:

Ketiga, mayoritas Muslim Eropa berusia muda dan miliki banyak anak. Pada tahun 2016 usia rata-rata Muslim di seluruh Eropa adalah 30,4 tahun. Usia tersebut 13 tahun lebih muda dari median untuk orang Eropa lainnya (43,8). Dilihat dari sisi lain, 50 persen dari semua Muslim Eropa berusia di bawah 30 tahun dibandingkan dengan 32 persen non-Muslim di Eropa.  

Selain itu karena kesuburan tinggi bagi wanita Muslim, rata-rata wanita Muslim di Eropa memiliki tiga anak, berbeda satu anak dibanding wanita non-Muslim yang hanya dua orang.  

Keempat, migrasi menjadi faktor utama pertumbuhan Muslim. Diperkirakan, 2,5 juta Muslim datang ke Eropa untuk alasan selain mencari suaka, seperti untuk bekerja atau bersekolah. Sekitar 1,3 juta lebih Muslim menjadi pengungsi dan menetap di Eropa. Diperkirakan, 250 ribu Muslim meninggalkan wilayah tersebut selama periode ini. 

Selain migran, faktor kedua meningkatnya populasi Muslim adalah pertumbuhan alami. Terdapat 2,9 juta lebih banyak kelahiran baru bayi Muslim dibandingkan mereka yang meninggal dunia.  

Banyaknya pemberitaan mualaf ternyata perpindahan agama bukanlah faktor utama. Hanya sekitar 160 ribu orang yang terdata baru memeluk Islam.

Kelima, stereotip Islam di Eropa. Survei Pew Research Center pada 2016 yang  dilakukan di 10 negara menemukan bahwa pandangan negatif tentang Muslim banyak terjadi di Eropa timur dan selatan. Namun, mayoritas responden di Inggris, Jerman, Prancis, Swedia, dan Belanda memberikan penilaian yang baik kepada Muslim. 

 

Pandangan tersebut terkait dengan ideologi yang diyakini Muslim. Mereka juga melakukan survei kepada partai sayap kanan dan kiri terkait pandangan mereka terhadap Muslim. Pandangan negatif mereka lebih terasa di Jerman, Italia, dan Yunani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement