REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Terkadang sebagian orang tidak menerima atas ketetapan yang telah ditentukan Allah SWT. Dari situ, mereka berandai-andai atas suatu hal yang seharusnya dia lakukan sebelumnya.
Padahal hal tersebut tidak dianjurkan dalam Islam. Rasulullah SAW melarang manusia mengucapkan, seandainya begini, dan seandainya begitu.
Hendaknya seorang Muslim menerima takdir yang telah ditetapkan pada dirinya, kemudian mengatakan, "Qadarullah wa ma sya'a fa'al". Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW berikut ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم الْمُؤْمِنُ القَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إلى اللهِ مِنَ المُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وفي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ باللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ، وإنْ أَصَابَكَ شيءٌ، فلا تَقُلْ لو أَنِّي فَعَلْتُ كانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَما شَاءَ فَعَلَ، فإنَّ لو تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ
“Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.
Jika engkau tertimpa suatu musibah, maka janganlah engkau katakan: 'Seandainya aku lakukan demikian dan demikian'. Akan tetapi hendaklah kau katakan: 'Ini sudah jadi takdir Allah. Setiap apa yang telah dia kehendaki pasti terjadi'. Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan" (HR Muslim).