Senin 25 Jan 2021 23:46 WIB

Mengapa Wali Songo Gunakan Kesenian Sebagai Media Dakwah?

Wali Songo menggunakan kesenian sebagai media dakwah Islam

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Wali Songo menggunakan kesenian sebagai media dakwah Islam. Ilustrasi seni wayang
Foto:

Dalam hal ini, kata dia, jika kita lebih jauh melihat seni sebagai bagian dari ekspresi budaya masyarakat kita. Sebenarnya kesenian kita memuat tiga hal utama yaitu tontonan, tuntunan, dan tatanan. 

“Misalnya kita bisa ambil contoh dalam pertunjukan wayang kulit yang ada di Jawa, wayang memuat unsur tontonan yang artinya dalam pertunjukan tersebut ada dimensi hiburan entertaimen, untuk menghibur lara atau menarik sejenak penontonya keluar dari realitas persoalanya,” ujar dia.

Dengan hal itu, menurut dia, pertunjukan wayang bisa menjadi obat dari kegundahan manusia. Tidak hanya itu wayang juga memuat unsur tuntunan, artinya dalam banyak kesenian kita sebenarnya memuat tuntunan ajakan kepada kebaikan, lebih jauh untuk mengenal Tuhan. Hal ini juga erat kaitanya dengan nilai-nilai pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk nasihat-nasihat kehidupan untuk para penontonya.

Sedangkan tatanan dalam kesenian kita sebagai wujud dari tatanan baik dalam skala individu (mikrokosmos), skala social (kenegaraan) maupun makrokosmos, bahkan metakosmos, yang mempunyai makna bahwa setiap apapun yang ada di dunia ini harus dengan aturan yang jelas agar tidak keluar dari jalur yang sudah ditetapkan.

Aturan atau tatanan ini tidak untuk menjadi batasan tetapi bagaimana aturan menjadi bentuk lain dari harmonisasi itu sendiri. Dalam wayang hal ini biasa dikenal sebagai pakem, hal tersebut digunakan untuk menjaga agar seni ini tidak keluar dari ketentuan yang sudah ditetapkan dalam hal ini syariat agama.

Jadi dengan menonton wayang sebagai medium dakwah misalnya tidak seperti orang mendengarkan ceramah agama hari ini yang metodenya hanya nasihat-nasihat verbal yang normatif. Tetapi dengan kesenian dalam hal ini wayang misalnya berbagai instrumen mulai dari cerita, tata panggung, suara tabuhan gamelan, dan tata artistiknya.

Orang tidak seperti dinasehati secara langsung, tetapi memantik setiap unsur dalam diri manusia dari pikiran, perasaan, imajenasi, dan panca indera untuk dibawa pada esensi terdalam dari ajaran agama. Hal itulah yang dilakukan oleh para wali kita dan salah satu tokoh utamanya adalah Sunan Kalijaga.  

 

Dia menegaskan, melihat itu semua dari apa yang dilakukan oleh para wali bisa dipahami, bahwa seni memang bagian paling halus dan subtil manusia. Maka ketika dakwah meninggalkan itu semua resonansinya tidak akan semassif seperti yang dilakukan para wali terdahulu.

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement