Selasa 12 Jan 2021 18:05 WIB

Ada Lagi Aplikasi Sholat Diduga Jual Data Lokasi Pengguna

Aplikasi tersebut telah diunduh lebih dari 10 juta kali.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Ani Nursalikah
Ada Lagi Aplikasi Sholat Diduga Jual Data Lokasi Pengguna. Aplikasi Slaat First yang disebut menjual data lokasi pengguna.
Foto:

Motherboard melaporkan, sementara kebijakan privasi Salaat First di situsnya menyebutkan Predicio, menurut versi kebijakan yang diarsipkan dari Agustus 2020, aplikasi itu sendiri tidak berisi salinan atau tautan ke kebijakan privasi, yang melanggar kebijakan Google Play Store.

Seorang juru bicara Google mengatakan kepada Motherboard, Play Store melarang penjualan data pribadi atau sensitif yang dikumpulkan melalui aplikasi Play. "Kami menyelidiki semua klaim yang terkait dengan aplikasi yang melanggar kebijakan kami, dan jika kami mengknfirmasi adanya pelanggaran, kami mengambil tindakan," kata juru bicara Google.

Sementara itu, Predicio secara singkat menghapus situsnya setelah laporan yang muncul pada Senin. Ia juga mengeluarkan pernyataan yang mengatakan mereka tidak mendukung kasus pemerintah manapun, komersial, atau kasus penggunaan pribadi yang bertujuan untuk menggunakan data intelijen bisnis untuk mengidentifikasi etnis, agama, atau kelompok politik untuk pelacakan manusia atau identifikasi orang-orang dalam bentuk apa pun.

Salaat First adalah yang terbaru dari rangkaian aplikasi untuk Muslim yang ditemukan telah menjual data mereka ke perusahaan yang memiliki hubungan dengan pemerintah AS. Pada November 2020, Muslim Pro, yang memiliki hampir 100 juta unduhan di seluruh dunia, diungkapkan oleh Motherboard, telah menjual datanya ke perusahaan data X-Mode, yang kemudian menjual informasi tersebut kepada militer AS.

Berita itu memicu kecaman internasional dan menghidupkan kembali perdebatan tentang program pengawasan massal pemerintah AS terhadap Muslim setelah perang melawan teror. Council on American-Islamic Relations (CAIR), organisasi hak-hak sipil Muslim terbesar di AS, menyerukan penyelidikan kongres terhadap kemungkinan pengawasan atas Muslim Amerika. Mereka juga memperingatkan anggota kelompok agama untuk berhenti menggunakan aplikasi tersebut.

"Kami meminta Kongres melakukan penyelidikan publik menyeluruh tentang penggunaan data pribadi pemerintah untuk menargetkan komunitas Muslim di sini dan di luar negeri, termasuk apakah data ini digunakan untuk secara ilegal memata-matai target Muslim Amerika," kata direktur eksekutif nasional CAIR Nihad Awad pada November 2020.

Kemarin, Senator AS Ron Wyden, yang kantornya telah melakukan penyelidikan terhadap industri pialang data, mengatakan kepada Motherboard bahwa Google dan Apple perlu melarang semua pialang data yang curang dan menipu dari toko aplikasi mereka.

 

https://www.middleeasteye.net/news/another-muslim-prayer-app-found-be-tracking-its-users-locations-report

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement