REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keikhlasan adalah ruh dari sebuah amal ibadah. Keikhlasan tidak tampak secara zahir namun menjadi dasar amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Konsep inilah yang kemudian menjadi fondasi awal berdirinya Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Semarang.
“Keikhlasan dan kesungguhan pengurus YBWSA serta simpati masyarakat (wakaf dan infaq) mendirikan amal usaha di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan,” terang Dr Nuridin SAg, MPd selaku kepala Bidang Wakaf dan Dakwah YBWSA dalam sebuah forum webinar yang diselenggarakan oleh Waqf Center for Indonesian Development and Sttudies (WaCIDS) bulan Desember silam.
Ia menekankan bahwa niat dan keikhlasan adalah aspek penting yang mendasari seseorang dalam beraktivitas. “Kenapa? karena niat dan keikhlasan akan melahirkan keberkahan dalam hidup. Keikhlasan inilah yang menjadi cikal bakal kesuksesan YBWSA dalam mengelolah harta wakaf,” ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id.
Badan wakaf yang berubah menjadi Yayasan Badan Wakaf pada tahun 1950 atau yang kini dikenal dengan YBWSA (Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung) merupakan bentuk badan wakaf yang didirikan oleh ulama, pengusaha dan aktivis Muslim pasca Perang Dunia 1. Badan wakaf ini hanya fokus pada dua bidang yaitu pendidikan dan kesehatan karena dua aspek ini penting untuk meningkatkan kulitas umat.
Siapa sangka bahwa YBWSA yang saat ini mengelola sekitar 40 hektar lahan ternyata berawal dari wakaf 400 m2. “Pada awal berdirinya modal dasar yayasan hanya 400 m2, diibaratkan sebuah luas ruangan 20 x 20 meter persegi dimana bangunannya berasal dari salah seorang warga Muslim di Kauman, Semarang dan bangkunya dari Muhammadiyah. Namun, perlu ditekankan bahwa yang menjadi modal penting di sini adalah keikhlasan dan kesungguhan para pendiri dalam mengelolah harta wakaf,” tegas Nuridin dalam pemaparannya.
Selama kurang lebih 70 tahun mengelola harta wakaf, YBWSA telah membuktikan bahwa betapa keikhlasan para pendiri dan komitmen para pengurus yayasan telah melahirkan keberkahan dan dirasakan manfaatnya oleh umat. Sebagai yayasan yang fokus pada pendidikan dan kesehatan, saat ini YBWSA telah memiliki tiga TK/PAUD, lima SD, tiga SMP, satu universitas yaitu Universitas Islam Sultan Agung (Unisula) yang terdiri dari 12 fakultas (38 Prodi) dan 1 RS yaitu Rumah Sakit Islam Sultan Agung yang menjadi rumah sakit Islam pertama di Indonesia.
Dalam pengelolaannya, kata dia, YBWSA sangat berhati – hati dalam memelihara dan menjaga harta wakaf. Untuk itu kenapa hingga saat ini pengelolaan harta wakaf masih terpusat ke yayasan atau sentralisasi. Seluruh uang itu masuknya ke yayasan dan tidak ke sekolah atau ke Unisula. Sehingga, mudah dikontrol sampai pengadaan alat pendukung pendidikan, yayasan juga yang melakukan.
“Misalnya, pembelian alat kesehatan itu mahal hingga miliaran, Rumah Sakit hanya menyerahkan spesifikasinya kepada kita kemudian yayasan yang melakukan tawar-menawar,” tuturnya.
Begitu pula saat Unisula atau sekolah ketika membutuhkan laboratorium, dipersilakan, tapi bukan mereka yang menawar. “Hal ini bukan karena pengurus tidak percaya kepada mereka tapi kita tidak akan pernah tahu setan bisa masuk dari segala pintu. Pada dasarnya yayasan juga berpeluang untuk bocor tapi kami usahakan untuk rapat terus,” tegas Nuridin.
Pada akhir pemaparannya Ustadz Nuridin kembali menekankan tiga prinsip YBWSA dalam pengelolaan wakaf setelah keikhlasan dan komitmen. Pertama adalah takwa. Para pengurus yayasan berkomitmen untuk senantiasa membiasakan 9 amalan sunnah harian Rasulullah SAW dan membangun ekosistem halal. Yaitu, mulai membelanjakan harta wakaf dari produk-produk umat serta menjamin kehalalannya seperti makanan dan obat di rumah sakit.
Kedua, yaitu ilmu, dan yang ketiga adalah jamaah. Hal ini termotivasi QS As Shaf ayat keempat bahwa jamaah kokoh adalah yang dicintai oleh Allah.
“Nilai keberkahan hanya akan didapat dari keikhlasan dan kesungguhan para pendiri serta komitmen pengurus saat ini untuk terus menjaga harta wakaf, karena ini adalah amanah,” papar Nuridin.