Ahad 03 Jan 2021 16:37 WIB

Ali Taher Parasong: Abang dari Kampung Nelayan Lamakera

Mengenang mantan ketua Komisi VIII DPR RI, Ali Taher Parasong

  Kampung Lamaholot Lamakera, Nusa Tenggara Timur.,
Foto:

Ali Taher pada sebuah perbicangan menceritakan perjuangannya kala nekad merantau ke Jawa. Tujuannya satu dia ingin sekolah.

''Itu terjadi di awal 1970-an. Saya nekad menumpang kapal barang ke Surabaya. Setelah itu saya pergi ke Jakarta ke tempat saudara yang kala itu tinggal di kawasan Jakarta Utara. Saya nekad pergi hanya berbekal seadanya,'' ujarnya dalam suatu perbincangan.

Setelah sampai di Jakarta dia mencoba bertahan hidup sembari terus sekolah. Di antara menjadi penjaga sebuah sekolah Muhammadiyah di kawasan Jakarta Barat. Dari sana dia terus belajar, sembari berorganisasi di Persyarikatan Muhammadiyah. Karier studinya terus melaju hingga menyelesaikan kuliah di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) dan menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Unpad.

Yang kami ingat adalah salah ceritanya kala orag Lamakera pergi haji ke Arab Saudi. Kala itu haji adalah hal yang sangat prestise dan baru bisa dilakukan orang Lamakera di dekade pertengahan 1950-an.

''Pokoknya perjuangan orang Lamakera kalau pergi haji luar biasa. Sejak awal berangkat dia sudah minta diri untuk mati kepada keluarganya. Dan tentu saja ketika bisa pulang dia langsung menjadi tokoh yang disegani,'' katanya.

Ingat, lanjut Alie, cara orang Lamakera membiayai pergi haji dengan cara sederhana sekali, yakni jualan ikan dan garam. Mereka menyisihkan penghasilannya yang tidak seberapa itu dalam tabungan sehari-hari.

"Jadi ketika saya jadi Ketua Komisi VIII DPR itu jelas sebuah keajaiban. Sama sekali tidak menyangka bila kemudian hari anak kampung nelayan Lamakera ini sempat menjadi Ketua Komisi yang mengurus soal haji di DPR. Allahu akbar,'' ujarnya lagi.

Nah, mengenang itu semua wajah-wajah warga Lamakera yang dahulu saya sambangi bersama Ali Taher muncul kembali. Mereka pasti sedih, namun pasti sekaligus bangga. Abang Ali Taher punya tinggalan masjid yang megah dan kompleks madrasah di sana.

"Saya punya impian, Lamakera jadi pusat peradaban. Biar ini semua menjadi peninggalan saya sebagai bukti cinta kepada kampung ini,'' kata Ali Taher saat kami ajak berbincang disebuah kawasan yang menghadap laut lepas.

Saat itu, di malam hari terlihat lampu kapal kerlap-kerlip di tengah laut yang berarus kuat namun dipenuhi aneka ikan, termasuk lumba-lumba. Semuanya damai seperti kibasan gelombang dan angin laut yang bertiup.

''Nanti kamu ikut ke Lamakera sekitar awal tahun 2020 ya. Saya akan resmikan perpustakaan sekolah,'' kata Ali Taher kala itu. Sayang semua tak terwujud karena seiring ini kemudian muncul pandemi Covid-19.

Akhirnya, selamat jalan ya Abang Ali Taher Parasong. Allahumaghfirlahu warhamhu...

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement