Selasa 29 Dec 2020 10:24 WIB

ACT Salurkan Bantuan ke Pejuang Hidrosefalus di Gunungkidul

Sumirah terlihat sabar saat membersamai anak bungsunya menyuapi makanan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Erik Purnama Putra
Buruh tani Sumirah (49 tahun) merawat anaknya Khusni yang menderita hidrosefalus.
Foto: ACT
Buruh tani Sumirah (49 tahun) merawat anaknya Khusni yang menderita hidrosefalus.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Butuh kesabaran luar biasa bagi orang tua dalam merawat anak dengan keterbatasan. Tapi, Sumirah (49 tahun) tetap tegar menghadapi kondisi anakanya seperti itu. Warga Desa Tanjung, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini memiliki anak bungsu yang mengalami hidrosefalus sejak lahir.

Pemicu hidrosefalus lantaran tumpukan cairan dalam rongga otak yang membuat kepalanya membesar. Sumirah hidup sebagai buruh tani, sedangkan suaminya merupakan seorang buruh bangunan.

Namun, ia terlihat sabar saat membersamai anak bungsunya menyuapi makanan dan sesekali mengajaknya berobat jika ada biaya. Anaknya bernama Khusni (13), hanya bisa duduk di kursi roda karena penyakit yang dideritanya.

Khusni hanya bisa memakan makanan yang dihaluskan. Selain Sumirah, kakak Khusni sesekali membantu menyuapi Khusni jika sudah pulang sekolah. Kaki Khusni belum bisa digerakkan, dan tangannya hanya bisa bergerak sedikit.

"Matanya hanya bisa melihat menerawang namun tidak bisa fokus, dan untuk bicara untuk anak seusianya masih belum begitu jelas," kata Rere, seorang relawan ACT DIY, usai berkunjung ke tempat tinggal Khusni, Senin (28/12).

Sumirah ingin sekali melihat anaknya bisa sembuh kemudian hari, bermain dengan teman-teman sebaya, dan bisa bersekolah. Tapi, apa daya, kondisi anak bungsunya saat ini hanya bisa berbaring dan duduk di kursi roda.

"Dulu pernah ditawarkan dokter untuk operasi, namun karena terkendala biaya operasi sekitar 65 juta jadi saya tidak mampu," ujar Sumirah.

 

Akhirnya, Sumirah membawa pulang anaknya untuk dirawat sendiri di rumah.

Bahkan, karena kondisi yang sulit kadang harus menjual sapi milik mertuanya untuk keperluan periksa dan berobat Khusni ke klinik terdekat.

 

Tetangga dan karang taruna setempat sesekali membantu keluarga Sumirah dengan membawa sembako membantu kebutuhan sehari-harinya. Hal itu turut dilakukan ACT DIY ketika berkunjung, dan mendoakan Khusni segera sembuh.

"Bantuan pokok berupa sembako, popok bayi dan uluran kepedulian untuk Khusni berobat," kata Nopal, relawan ACT DIY lain yang mendampingi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement